Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Laporan KKL

Mahasiswa Jurusan Biologi UIN Maulana MAlik Ibrahim Malang mengadaakan KKL di Jogakarta dengan tujuan PG-PS Madukismo dan UPT BPPTK LIPI Gunungkidul pad 15-18 April 2014 guna memenuhi tugas matakuliah Teknik Instrumentasi.
Berikut adalah laporan hasil observasi KKL di Jogjakarta



LEMBAR  PENGESAHAN


Judul                : Laporan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) PT. PG-PS MADUKISMO dan UPT BPPTK LIPI YOGYAKARTA
Nama              : Kelompok 2

Malang, 02 Mei 2014

Menyetujui,
Pembimbing,                                                                                                              

Kholifah Holil, M.Si.
NIP.                                                                             
Disahkan oleh,
Instansi Tempat KKL                                                    Ketua Jurusan Biologi
Kepala UPT BPPTK LIPI Yogyakarta

Hardi Julendra, S.Pt., M.Sc.                                                                          Dr. Evika Sandi Safitri, M.P
NIP.                                                                 

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan KKL yang berjudul Laporan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) PT. PG-PS MADUKISMO dan UPT BPPTK LIPI YOGYAKARTA”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, seorang Nabi yang menjadi suri tauladan yang baik dalam segala bidang bagi umat manusia.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1.        Ibu Kholifah Holil, M.Si, selaku dosen pengampu mata kuliah Teknik Instrumentasi  yang selalu memberikan motivasi dan arahannya kepada kami.
2.        Teman-teman kelompok A-IV yang telah bekerjasama dalam penyelesaian laporan ini. 
Laporan ini berisikan tentang Sejarah berdirinya PT. PG-PS MADUKISMO dan UPT BPPTK LIPI YOGYAKARTA , serta produk-produk apa saja yang dihasilkan dari kedua instansi tersebut.
Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam hal penulisan dan penyusunan. Kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar tugas yang akan kami kerjakan kedepannya lebih baik dan lebih sempurna.
Akhirnya, harapan kami mudah-mudahan laporan KKL ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya.
Wa’alaikumussalam Wr. Wb
Malang, 02 Mei 2014
Kelompok A-IV
Daftar Isi


DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Struktur Organisasi
Gambar 4.2 Gudeg Jogja
Gambar 4.3 Mangut Lele
Gambar 4.4 Lemofit
Gambar 4.5 Immuno Chick dan Hebalo Mix
Gambar 4.6 Tepung BMC Tempe
Gambar 4.7 Silase Pakan Komplit
Gambar 4.8 lemari Asam
Gambar 4.9 rotary evaporator
Gambar 4.10 Mikropipet
Gambar 4.11 Autoklaf
Gambar 4.12 Dandang Besar
Gambar 4.13 Alat Penutup Kaleng

BAB I

PENDAHULUAN

Kita sebagai mahasiswa tentunya harus memahami dan mengaplikasikan ilmu yang didapat selama kuliah kelak dalam dunia kerja.Sebagai mahasiswa generasi muda yang siap terjun dalam dunia kerja harus dapat memahami berbagai persoalan yang akan terjadi, maka diperlukan sumber daya manusia yang berkompeten, berkualitas , terampil, dan memahami serta menguasai dunia kerja sesuai dengan bidangnya (spesialisasi).
Salah satu Kunjungan yang kami lakukan untuk menambah wawasan kami sebagai mahasiswa adalah melakukan KKL di Pabrik Gula dan Pabrik Spirtus Madukismo  serta UPT BPPTK LIPI Gunungkidul yang terletak di Jogjakarta.
Pabrik Gula Madukismo merupakan salah satu perusahaan agroindustri berbasis tebu yang telah berdiri sejak tahun 1955 dan masih tetap eksis keberadaannya hingga saat ini.Selain menjalankan bisnis inti seperti Pabrik Gula dan Pabrik Alkohol, PT. Madubaru sebagai pengelola Pabrik Gula Madukismo yangberlokasi di Bantul, Yogyakarta juga telah mengembangkan program diversifikasiusaha. Salah satu diversifikasi usaha tersebut berupa agrowisata yang telahdikenalkan kepada masyarakat sejak 17 April 1993 oleh Sri  SultanHamengkubuwono X. Dalam pelaksanaannya, PT. Madubaru menjalankan setrategi bisnis Overal Cost Leadership pada usaha pokok  dan strategi bisnis differensiasi serta diversifikasi usaha. Tidak dapat dipungkiri kegiatan agrowisata telah banyak mendatangkan keuntungan untuk berbagai pihak baik masyarakat umum, pemerintah,ataupun perusahaan pengelola itu sendiri. Berdasarkan kondisi tersebut Pabrik GulaMadukismo sebagai salah satu prasarana studi kasus disini perlu dilakukanpeninjauan terhadap kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui prospek keberlanjutan usaha serta pengaruh yang ditimbulkan terhadap berbagai kalangan.
Adapun letak posisi PS Madukismo secara geografis yaitu 7˚ 4' - 8˚ 20' LS & 110˚ - 111˚ BT  pada ketinggian  84 m dpl. Dibangun pada bekas PG Padokan yang berjarak 5 km di sebelah selatan kota Yogyakarta, tepatnya di dsn.Padokan , Kel.Tirtonirmolo Kec. Kasihan Kab. Bantul, Propinsi DI.Yogyakarta (dekat ring road Selatan Yogyakarta, dan wisata Kasongan Yogyakarta) 
Kunjungan kedua yang dilakukan yakni menuju UPT BPPTK LIPI Gunungkidul.Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia-Yogyakarta, disingkat UPT BPPTK LIPI Yogyakarta, dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia nomor 1022/M/2002, tanggal 12 Juni 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK). UPT BPPTK LIPI di Yogyakarta merupakan satuan kerja yang dibentuk dengan peleburan ex UPT Bahan Baku dan Olahan Kimia (BBOK) LIPI yang berada di 3 (tiga) lokasi: Lampung, Bandung dan Yogyakarta.Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi faktor penting dengan penekanan pada pengembangan riset terapan untuk kepentingan masyarakat luas demi meningkatkan kemampuan berkompetisi di era globalisasi dan pasar bebas. Lokasi UPT BPPTK LIPI Yogyakarta ada dua yaitu Desa Gading, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul yang berjarak sekitar 31,5 km dari Yogyakarta dan Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Sedangkan LIPI yang kami kunjungi terletak di Gunungkidul.
LIPI yang terletak di Jogjakarta ini memiliki beberapa laboratorium yang digunakan untuk melakukan penelitian-penelitian dan beberapa riset.Adanya laboratorium tersebut sangat tepat untuk dijadikan sebagai tempat pembelajaran bagi mahasiswa terutama untuk mendalami matakuliah Teknik Instrumentasi.Disana, mahasiswa dapat mempelajari alat-alat yang digunakan untuk mendukung riset yang dilaksanakan pada laboratorium tersebut.

Kunjungan yang dilakukan kali ini bertujuan untuk mencari dan mengamati tanda-tanda kekuasaan Allah yang telah dianugerahkan-Nya pada manusia. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. Qashash:77 yang berbunyi :
     Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS. Qashash 77)
Oleh karena ini, dengan adanya KKL ini mahasiswa diharapkan mampu menerapkan teori yang telah dipelajari dibangku kuliah dan dapat mengaplikasikan dalam dunia kerja sesuai dengan ilmu yang kita terima.
Demi  memudahkan penyusunan laporan ini penyusun membatasi masalah yang akan dibahas. Dengan demikian yang menjadi pokok masalah adalah sebagai berikut dibawah ini :
1.2.1         PT. PG-PS Madukismo
Kunjungan KKL ke PT. PG-PS Madukismo mempunyai beberapa identifikasi masalah, antara lain:
1.      Bagaimana cara pengolahan tebu di PG Madukismo?
2.      Bagaimana cara pembuatan alkohol/spiritus di PS Madukismo?
3.      Bagaimana teknik pengolahan limbah di PT. PG-PS Madukismo?

1.2.2         UPT BPPTK LIPI Gunungkidul
Kunjungan KKL ke UPT BPPTK LIPI Gunungkidul mempunyai beberapa indentifikasi masalah, antara lain:
1.      Bagaimana struktur organisasi dari UPT BPPTK LIPI Gunungkidul?
2.      Apa saja produk yang dihasilkan oleh UPT BPPTK LIPI Gunungkidul?
3.      Apa saja riset yang dilakukan di UPT BPPTK LIPI Gunungkidul?
4.      Apa saja laboratorium yang dimiliki UPT BPPTK LIPI Gunungkidul?

Penyusunan laporan ini disusun dengan maksud dan tujuan sebagai berikut:
1.      Disusun untuk memenuhi tugas KKL.
2.      Media pembelajaran dalam pembuatan sebuah karya tulis
3.      Sebagai bukti telah mengikuti perjalanan kunjungan industri
4.      Sebagai hasil dari perjalanan kunjungan industri

Laporan KKL yang disusun dapat menjadi referensi bagi peneliti, mahasiswa maupun masyarakat yang hendak melakukan kunjungan ke kedua tempat tersebut. Selain itu, pembaca juga dapat memperoleh informasi mengenai produk-produk yang dihasilkan serta riset dan kegiatan yang sedang dilakukan di kedua tempat tersebut. Selain itu, laporan KKL ini berguna untuk melatih penyusun dalam pembuatan karya tulis.

Metode penelitian yang digunakan oleh penyusun dalam pelaporan KKL adalah sebagai berikut.
1.         Metode Observasi
Penyusun mengadakan kunjungan langsung ke pabrik gula Madukismo serta UPT BPPTK LIPI Gunungkidul Yogyakarta. Di sana penyusun mengadakan observasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses pembuatan gula dan spiritus serta produk-produk dan riset yang dilakukan di UPT BPPTK LIPI Gunungkidul.
2.         Metode Wawancara
Penyusun mengadakan wawancara dengan kepala bagian PG. Madukismo secara langsung proses pembuatan gula dan spiritus serta kepala bagian UPT BPPTK LIPI Gunungkidul mengenai produk-produk dan riset yang sedang dilaksanakan oleh pihak LIPI.
3.         Metode Studi Pustaka
Untuk melengkapi data-data dari hasil observasi dan wawancara, penyusun juga melakukan studi literatur atau telaah buku.penyusun mempelajari berbagai sumber dan memadukannya dalam kesatuan pemikiran.

Lokasi yang digunakan sebagai objek KKL serta waktu pelaksanaan KKL adalah sebagai berikut.
1.6.1         PT. PG-PS Madukismo
PT. PG-PS Madukismo terletak di Desa Padokan, Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kunjungan ke pabrik gula tersebut dilaksanakan pada hariRabu tanggal 16 April 2014 pada pukul 07.00-10.00 WIB.
1.6.2         UPT BPPTK LIPI Gunung Kidul
UPT BPPTK LIPI Gunung Kidul yang dijadikan objek KKL terletak di Desa Gading, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul yang berjarak sekitar 31,5 km dari Yogyakarta. Kunjungan ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 17 Mei 2014 pada pukul 10.00-12.00 WIB.

















BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan di PG Madukismo adalah yang berasal dari petani sesuai dengan INPRES No. 9 Tahun 1975 tentang Penanaman Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). Adapun tanaman tebu ini ditanam pada lahan di beberapa kabupaten antara lain: Sleman, Bantul, Kulon Progo, Magelang, Temanggung, Purworejo dan Kebumen. Jenis varietas tebu yang dipilih sebagai bahan baku pembuatan gula adalah varietas tebu yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut (Baikow, V.E. 1982):
a. Pertumbuhan cepat
b. Tahan terhadap hama penyakit
c. Umur masak pendek, hasil panen per hektar tinggi
d. Rendemen tinggi
Mendapatkan jenis tanaman tebu yang memiliki semua persyaratan itu dirasa sulit oleh karena itu jenis varietas tebu tertentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun demikian PG Madukismo bekerja sama dengan P3GI (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) telah mengusahakan bibit unggul. Jenis varietas unggul yang ditanam di areal TRI yang bergabung dengan PG Madukismo antara lain : PS-30, PS-56 (PS = Pasuruan Station), BZ-132, BZ-149 (BZ = Briterlandse Zaadreits carten) dan POJ-3016 (POJ = Proef Station Oest Java).

2.2. Bahan Pembantu

Bahan pembantu yang sangat penting dalam proses pembuatan gula adalah batu kapur, belerang, asam phospat, flokulan, air imbibisi, mikrobiosida dan NaOH. Hal ini berkaitan dengan cara mendapatkan gula SHS secara sulfitasi alkalis (Baikow, V.E. 1982).
2.2.1. Batu Kapur
Batu kapur berfungsi untuk menjernihkan nira. Batu kapur digunakan sebagai bahan dasar pembuatan susu kapur. Rata-rata batu kapur yang dibutuhkan 250-300 kg untuk setiap 1000 kwintal tebu yang digiling.Susu kapur yang diperoleh adalah hasil dari pembakaran batu kapur yang didinginkan dengan penambahan air dalam alat linesliker berbentuk horizontal yang berputar untuk memperoleh campuran yang homogen. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut (Herscdoefer, S. M. 1968):
CaO + H2O                Ca(OH)2.
Air yang ditambahkan berasal dari air kondensat.Pemisahan kotoran CaO yang masih menggumpal dilakukan dengan jalan melewatkan pada saringan getar, setelah itu didiamkan pada bak pengendap dengan sekat-sekat, sehingga dapat diendapkan berkali- kali. Hasil susu kapur ditampung dalam tangki susu kapur berpengaduk yang dirancang untuk menghasilkan susu kapur dengan kekentalan 8oBe. Setiap 12 liter Susu kapur 8oBe ini digunakan untuk 1000 liter nira (Herscdoefer, S. M. 1968).
2.2.2. Belerang
Belerang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan gas SO2 yang digunakan untuk proses sulfitasi. Belerang ini berfungsi untuk menetralkan kelebihan kapur pada nira (Herscdoefer, S. M. 1968).
Pembuatan gas SO2 ini dilakukan di stasiun belerang dengan jalan mereaksikan belerang padat pada tangki bermantel uap dengan udara kering. Mula-mula oleh karena pengaruh udara panas, belerang akan mencair. Belerang cair akan masuk ke ruang reaksi dan akan bereaksi dengan udara kering menghasilkan gas SO2. Aliran belerang cair diatur dengan “bukaan afsluiter” agar dihasilkan gas SO2 dalam jumlah tertentu kemudian dialirkan ke pendingin (cooler) sehingga gas keluar dengan temperatur lebih kecil dari 288oC (Honig, P. 1963).
Tujuan pendinginan ini adalah mencegah reaksi samping pembentukan gas lain, mengembunkan uap belerang yang mungkin terikat agar tidak terjadi sublimasi. Pada bak pendingin, gas SO2 dilewatkan ke sublimator untuk diinjeksikan ke sulfitator I dan sulfitator II (Honig, P. 1963).
2.2.3. Asam Phospat (H3PO4)
Menurut (Moerdokusumo, A. 1993) Asam phospat berfungsi sebagai penggumpal kotoran-kotoran pada nira mentah, sehingga pemisahan kotoran dari nira jernih akan lebih mudah. Asam phospat berfungsi apabila bereaksi dengan susu kapur, membentuk trikalsium phospat. Endapan inilah yang bekerja sebagai agen pengumpul kotoran dalam nira. Reaksinya sebagai berikut:
3Ca (OH)2 + 2H3PO4                                    Ca3(PO4)2 + 6H2O
Penambahan asam phospat dilakukan pada nira mentah tertimbang dengan dosis 75 kg/8 jam sekali, sehingga diharapkan diperoleh kandungan P2O5 dalam nira mentah adalah 250-350 ppm (Santoso, H. dan Y. Kurniawan).
2.2.4. Flokulan
Flokulan adalah zat yang dapat mengikat partikel-partikel kecil menjadi sekumpulan partikel dalam ukuran yang lebih besar sehingga kotoran yang terlarut lebih  mudah mengendap. Jenis flokulan yang digunakan oleh PG. Madukismo adalah Super Floc A.110 dengan dosis penggunaan 3kg/8 jam sekali atau sekitar 3 ppm. Tujuan dari penggunaan flokulan antara lain (Moerdokusumo, A. 1993):
·         Memperoleh nira yang jernih sebanyak-banyaknya.
·         Mempercepat waktu pengendapan di bagian Door Clarifier.
Flokulan ditambahkan pada saluran, sebelum snow balling dan sesudah snow balling menuju Door Clarifier.
2.2.5. Air Imbibisi
Air ini digunakan untuk mengekstraksi nira yang masih terkandung dalam tebu saat proses penggilingan. Air imbibisi yang digunakan sebanyak 20-30% dari berat tebu yang digiling dengan suhu 40-60oC.Air ini digunakan untuk melarutkan nira yang terkandung di dalam ampas tebu sehingga nira dalam ampas dapat terperah semaksimal mungkin.Air imbibisi ini dialirkan dari ketel uap.Air pada ketel ini berasal dari kondensasi pada stasiun penguapan, apabila terjadi kekurangan pasokan air dari stasiun penguapan maka kebutuhan air untuk ketel diambil dari sungai Winongo yang telah diberi perlakuan terlebih dahulu (Mahida, U. N. 1992).
2.2.6. Mikrobiosida
Bahan ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang menyebabkan kehilangan sukrosa. Mikrobiosida yang digunakan adalah jenis Karman SB 2055 atau Ca(OH)2 berupa cairan yang larut dalam air. Bahan disinfektan ini diberikan saat proses penggilingan (Sumarni. 1984).
2.2.7. NaOH (Caustic soda)
Merupakan bahan yang digunakan untuk menghilangkan kerak pada pipa-pipa di dalam evaporator. Kerak dalam evaporator akan mengurangi transfer panas dari evaporator ke nira sehingga penguapan yang terjadi kurang maksimal. Pembersihan pipa dalam evaporator dilakukan dengan memasak zat NaOH selama 8 jam dan dilakukan scrapping pada pipa-pipa dalam evaporator (Supriyadi, A. 1992).

2.3 Produk

Produk utama dari PG. Madukismo adalah gula kristal putih dengan kualitas SHS IA (Superieure Hoofd Suiker). Mutu gula pasir pada PG. Madukismo dipantau oleh P3GI (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia).Gula PG Madukismo semuanya dibeli Bulog sebelum tahun 1997, kemudian mulai tahun 1997 dipasarkan bebas termasuk bagian gula petani. Standar kualitas gula Analisis Nilai Remisi reduksi (%), Kadar air (%), Polaritas (%), danUkuran butiran (mm) Polarisasi menunjukkan kadar sakarosa dalam produk. Sedangkan nilai remisi menunjukkan hubungan antara kenampakan visual dengan kejernihan dan konsentrasi warna.Gula disebut putih apabila memiliki nilai remisi 65 atau lebih. Produk gula pasir yang diproduksi oleh PG. Madukismo tiap tahunnya ada 2 macam yaitu gula pasir dengan kemasan 1 kg dan gula pasir dengan kemasan karung 50 kg.

2.4Sekilas UPT BPPTK LIPI

Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia-Yogyakarta, disingkat UPT BPPTK LIPI Yogyakarta, dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia nomor 1022/M/2002, tanggal 12 Juni 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK).
UPT BPPTK LIPI di Yogyakarta merupakan satuan kerja yang dibentuk dengan peleburan ex UPT Bahan Baku dan Olahan Kimia (BBOK) LIPI yang berada di 3 (tiga) lokasi: Lampung, Bandung dan Yogyakarta. Bagian dari UPT BBOK LIPI yang berkedudukan di Lampung merupakan satuan kerja terbesar di antara ketiga satuan kerja di atas. Kegiatan utama dari satuan tersebut adalah pertanian. Kegiatan utama satuan kerja yang berada di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, diarahkan pada pengembangan teknologi pengolahan pangan. Sub-satuan kerja yang berada di Bandung merupakan pusat kegiatan administrasi dan beberapa percobaan laboratorium.
 Pembentukan UPT Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia pada dasarnya merupakan peleburan ketiga sub-satuan kerja dari 3 lokasi dengan penekanan kegiatan yang berbeda dapat menimbulkan dampak. Dampak tersebut perlu segera diantisipasi agar satuan kerja yang baru dapat menjalankan Tugas Pokok dan Fungsinya secara optimal. Tugas pokok UPT BPPTK mengacu pada LIPI yang memiliki tiga tanggung jawab, yaitu:
1. kepada dunia ilmu pengetahuan
2. kepada masyarakat
3. kepada pemegang kepentingan (stakeholders)
Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi faktor penting dengan penekanan pada pengembangan riset terapan untuk kepentingan masyarakat luas demi meningkatkan kemampuan berkompetisi di era globalisasi dan pasar bebas. Pemantapan organisasi UPT BPPTK LIPI untuk mengemban tanggung jawab tersebut adalah sangat penting dilakukan oleh karena itu disadari perlu adanya sinergisme antar program, antar proyek dan antar kegiatan. Namun demikian program/kegiatan tersebut harus mempunyai fokus yang jelas dan tegas.
UPT BPPTK sebagai salah satu unit eselon III di dalam organisasi LIPI menyusun Rencana Implementatif yang memuat visi, misi, sasaran, strategi, kebijakan dan arahan program selama 5 tahun ke depan, yaitu tahun 2010 – 2014 untuk mengikuti, merespon dan mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang muncul baik di dalam maupun di luar negeri yang memerlukan pendekatan holistik dan berjangka panjang.
Lokasi UPT BPPTK LIPI Yogyakarta ada dua yaitu Desa Gading, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul yang berjarak sekitar 31,5 km dari Yogyakarta dan Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.


2.5 Pengertian, Peran dan Fungsi Laboratorium
Menurut PP Nomor 19 Tahun 2005 mengenai Standar Nasional Pendidikan dan dijabarkan dalam Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007, laboratorium merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian ujicoba peneltian, dan sebagainya dengan menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas dan kualitas yang memadai. Laboratorium ialah suatu tempat dilakukannya percobaan dan penelitian.Tempat ini dapat merupakan suatu ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka.
Dalam pengertian terbatas laboratorium ialah suatu ruangan yang tertutup dimana percobaan dan penelitian dilakukan. Menurut Koballa dan Chiappetta (2010 : 213), Laboratorium diartikan sebagai berikut:
“Laboratory work engages students in learning through firsthand experiences. Laboratory work permits students to plan and to participate in investigation or to take part in activities that will help them improve their technical, laboratory. In general, laboratory work can be used to promote the following learning outcomes:attitudes toward science, scientific attitudes, scientific inquiry, conceptual development, technical skill, teamwork skills”.
Fungsi Laboratorium sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran IPA secara praktek yang memerlukan peralatan khusus yang tidak mudah dihadirkan di ruang kelas.

2.6Pengelolaan Laboratorium

Pengelolaan laboratorium merupakan suatu proses pendayagunaan sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara optimal dengan memperhatikan keberlanjutan fungsi sumber daya. Henri Fayol (1996: 86) menyatakan bahwa pengelolaan hendaknya dijalankan berkaitan dengan unsur atau fungsi-fungsi manajer, yakni perencanaan, pengorganisasian, pemberian komando, pengkoordinasian, dan pengendalian. Sementara Luther M. Gullick (1993:31) menyatakan fungsi-fungsi manajemen yang penting adalah perencanaan, pengorganisasian, pengadaan tenaga kerja, pemberianbimbingan, pengkoordinasian, pelaporan, dan penganggaran. Dalam pengelolaan laboratorium meliputi beberapa aspek yaitu sebagai berikut :
1. Perencanaan
2. Penataan
3. Pengadministrasian
4. Pengamanan, perawatan, dan pengawasan
Pengelolaan laboratorium berkaitan dengan pengeloladan pengguna, fasilitas laboratorium (bangunan, peralatan laboratorium, spesimen biologi, bahan kimia), dan aktivitas yang dilaksanakan di laboratorium yang menjaga keberlanjutan fungsinya.Pada dasarnya pengelolaan laboratorium merupakan tanggung jawab bersama baik pengelola maupun pengguna.Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat harus memiliki kesadaran dan merasa terpanggil untuk mengatur, memelihara, dan mengusahakan keselamatan kerja.Mengatur dan memelihara laboratorium merupakan upaya agar laboratorium selalu tetap berfungsi sebagaimana mestinya.Sedangkan upaya menjaga keselamatan kerja mencakup usaha untuk selalu mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan sewaktu bekerja di laboratorium dan penangannya bila terjadi kecelakaan.


BAB III

OBJEK KKL (KULIAH KERJA LAPANGAN)

3.1.1. Sejarah Berdirinya Pabrik
Sebelum perang dunia II di Yogyakarta terdapat beberapa pabrik gula seperti di Cebongan, Gesikan, Ganjuran, Wonopati, Pundong, Jambang, dan Demak Ijo.Tetapi semua ini merupakan pabrik kecil yang akhirnya dibumihanguskan pada perang dunia II.Pabrik Gula (PG) Madukismo oleh pemerintah dipertahankan dan mulai diperbaiki pada tanggal 14 Juni 1955.
Pembangunan pabrik ini ditangani oleh kontraktor Machine Fabrick Sangerhausen dari Jerman Timur.Pembangunan pabrik tersebut merupakan hasil kerjasama antara P3G (Panitia Pendiri Pabrik Gula) dengan pemerintah DIY.Kemudian dibentuk BP3 (Badan Pelaksana Perusahaan Perkebunan) yang akhirnya menjelma menjadi YAKTI (Yayasan Kredit Tani).Hal ini atas prakarsa Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang memikirkan agar hasil pendapatan petani daerah meningkat dan untuk memperluas lapangan kerja.Tanggal 29 Mei 1958 pabrik tersebut diresmikan oleh Presiden RI Ir. Soekarno.
Mulai tahun 1958 pabrik mulai beroperasi dengan kapasitas 1500 ton tebu per hari. Pada tahun 1958 itu pula YAKTI akhirnya menjadi sebuah perseroan terbatas dengan nama PT. Madubaru. Adanya nasionalisasi pada tahun 1962 menyebabkan status berubah menjadi bagian dari BPUPPN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Perkebunan Negara) Tahun 1966 statusnya berubah lagi menjadi PT, lepas dari BPUPPN, sampai sekaran dengan nama PG. Madukismo dan Pabrik Spiritus Madukismo. Saham sebesar 65 dimilik Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan 35% merupakan milik pemerinta (dikuasakan pada PT. Rajawali Nusantara Indonesia) Tahun 1984 P2G Madubaru mengadakan kontrak manajemen dengan PT. Rajawal Nusantara Indonesia (BUMN Departemen Keuangan RI) selama 10 tahun.
Kontra manajemen 10 tahun kedua pada tanggal 1 April 1994 sampai dengan 31 Maret 2004.Kontrak yang ketiga mulai tanggal 1 April 2004 sampai dengan 2014.Selain itu dalam operasionalnya PT. Madubaru dibantu sepenuhnya oleh ahli-ahli dari PT IMACO yang merupakan bagian dari PT. Rajawali Nusantara Indonesia.

3.1.2. Luas Areal, Produksi dan Kapasitas Giling

Pabrik Gula Madukismo mulai giling pertama kali pada tahun 1958.Luas areal pada tahun 1963 berkisar 1000 ha, lalu berkembang menjadi 2000 ha (tahun 1970), kemudian berkembang lagi menjadi 3000 ha.Selanjutnya sejak tahun 1976 sesuai dengan INPRES No.9/75 mengenai TRI maka penyediaan areal mencakup luasan 5000-6000 ha sampai sekarang.
Kapasitas giling mula-mula 1500 ton tebu per hari, kemudian naik menjadi 1600 ton tebu per hari pada tahun 1965.Ketika program ekspansi dilakukan pada tahun 1976, kapasitas giling menjadi 2500 ton tebu per hari.Tahun 1986 sampai sekarang kapasitas giling mencapai 2400-3000 ton tebu per hari.Pabrik Gula Madukismo melakukan pengolahan tebu dengan produk utama gula SHS (Superieure Hoofd Suiker). Hasil produksinya sejalan dengan perkembangan pabrik, pada tahun 1961 produk gula mencapai 3600 ton, dan pada tahun 1972 jumlahnya mencapai 20.000 ton. Jumlah ini ternyata selalu bertambah sampai tahun 1974 dengan jumlah produksi gula mencapai 35.000 ton hingga saat ini.

3.1.3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi PT. Madu Baru adalah struktur organisasi fungsional yaitu system organisasi yang wewenang pimpinan dilimpahkan kepada bagian-bagian organisasi yang ada di bawahnya dalam bidang kerja tertentu.Pimpinan tiap bidang berhak memerintah semua pelaksana yang ada sejauh masih ada pada bidang kerjanya.Pimpinan tertinggi dipegang oleh direksi yang mempunyai bawahan langsung yaitu General Manager (Administratur). Dalam pelaksanaan tugasnya administratur dibantu oleh 4 orang Kepala Bagian yaitu: Kabag. Tanaman, Kabag. Pabrikasi, Kabag. Instalasi dan Kabag.Spiritus dan Alkohol.
Masing-masing  jabatan memiliki tugas dan tanggung jawab. Fungsi dan tugas masing-masing jabatan adalah sebagai berikut:
Dewan Komisaris
o Mengawasi jalannya perusahaan dan kebijaksanaan yang diambil dalam
operasional perusahaan.
o Komisaris berhak memeriksa pembukuan, surat dan alat bukti lainnya.
o Memeriksa dan mencocokkan keadaan uang kas dan lain-lain
Direktur
o Melakukan manajemen yang meliputi keseluruhan kegiatan termasuk keputusan dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh dewan direksi
o Bertanggung jawab kepada direksi dan semua faktor produksi.
o Mengevaluasi hasil kerja pabrik setiap tahunnya.
General Manager (Administratur)
o Menetapkan strategi untuk mencapai sasaran perusahaan.
o Melaksanakan kebijakan dan pedoman penyusunan anggaran tahunan.
o Merumuskan kegiatan-kegiatan dalam koordinasi kegiatan kepala bagian dan unit-unit organisasi yang ada di bawahnya.
o Mengevaluasi hasil kerja pabrik setiap tahunnya.
Kepala Bagian Pemasaran
o Mengkoordinir dan memimpin kegiatan di bidang pembelian dan penjualan.
o Bertanggung jawab terhadap administratur.
Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan
o Bertanggung jawab terhadap administratur di bidang keuangan perusahaan dan
pengadaan barang.
o Mengkoordinir administrasi tebu rakyat dan timbangan tebu.
o Mengkoordinir dan memimpin kegiatan di bidang keuangan, anggaran dan biaya produksi serta kegiatan penjualan.
Kepala Bagian Sumber Daya Manusia (SDM)
o Mengkoordinasi penyediaan tenaga kerja bagian produksi dan bagian lainnya.
o Memberi pelatihan kepada pegawai.
o Bertanggung jawab kepada kepala administrasi dan keuangan di bidang umum.
o Mengkoordinir dan memimpin kegiatan di bidang penggunaan kendaraan.
o Mengkoordinir dan memimpin kegiatan di bidang keamanan.
Kepala Bagian Tanaman
o Bertanggung jawab kepada direktur di bidang tanaman (penyediaan tebu).
o Mengkoordinir rencana penyesuaian areal tanaman untuk periode mendatang.
o Menyusun komposisi tanaman mengenai luas, letak, masa tanam dan jenis varietas sehingga penyediaan bahan baku selama musim giling dapat tersedia secara berkelanjutan.
o Mengawasi dan mengadakan evaluasi pembiayaan pada bidang tanaman, tebang
dan angkut.
o Merencanakan kebun-kebun percobaan dan penelitian.
Kepala Bagian Pabrikasi
o Bertanggung jawab kepada direktur di bidang pabrikasi.
o Mengkoordinir dan memimpin semua kegiatan di bagian pabrikasi.
o Meningkatkan efisiensi proses dan menjaga kualitas produk (gula).
Kepala Bagian Instalasi
o Bertanggung jawab kepada direktur di bidang instalasi atau mesin.
o Mengkoordinir dan memimpin semua kegiatan di bagian instalasi.
o Meningkatkan efisiensi kerja alat produksi untuk kelangsungan proses.

3.1.4. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan salah satu unsur yang cukup penting di dalam pelaksanaan proses produksi dalam suatu pabrik. Maka adanya pengendalian tenaga kerja diharapkan akan meningkatkan produktivitas kerja dari para karyawan sehingga produktivitas pabrik dapat dipertahankan pada tingkat yang lebih tinggi. Berdasarkan peraturan perusahaan yaitu SK Kanwil Departemen Tenaga Kerja terdapat 2 macam tenaga kerja PT. Madu Baru, yaitu:
a. Tenaga kerja tetap
Yaitu karyawan yang bekerja untuk waktu tidak tertentu dan pada saat dimulai
hubungan kerja wajib mengikuti masa percobaan dan pelatihan selama 3 bulan
sebelum menjadi tenaga kerja tetap. Tenaga kerja tetap PT. Madu Baru dianggap
purna tugas jika telah berumur 55 tahun. Tenaga kerja tetap ini dibedakan menjadi 2 yaitu:
1.      Karyawan pimpinan (staf) yang Bertugas untuk membuat kebijakan mengenai pelaksanaan produksi. Karyawan ini tidak berhubungan langsung dengan proses produksi pembuatan produk.
2.      Karyawan pelaksana (non-staf) Pada umumnya berada di bawah karyawan pimpinan. Tugasnya untuk melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pimpinan.
b. Tenaga kerja tidak tetap
Yaitu karyawan yang bekerja untuk waktu tertentu, misalnya saat musim panen tebu dan musim giling tiba.Tenaga kerja ini sesuai dengan kontrak kerja perusahaan. Tenaga kerja tidak tetap dibedakan menjadi 3 kelompok :
Tenaga kerja kampanye
Bekerja pada masa produksi saja.Tenaga kerja kampanye pada bagian yang berhubungan dengan produksi, yaitu mulai dari penggilingan hingga gula masuk gudang.
Tenaga kerja musiman
Karyawan yang bekerja pada masa giling berlangsung. Tenaga kerja ini bekerja
pada bagian yang tidak berhubungan dengan proses produksi secara langsung yaitu: bagian penimbangan, pengangkutan tebu dan pekerja lintasan rel.
Tenaga kerja harian lepas
Karyawan ini bekerja harian dan digaji per hari. Karyawan harian lepas bekerja
dalam perbaikan gedung, kantor dan lain-lain.
3.1.5. Pengaturan Jam Tenaga Kerja
Hari kerja dan jam kerja karyawan PT. Madu Baru dibagi atas:
1. Jam Kerja Kantor
Karyawan yang bekerja pada jam kantor adalah sebagai berikut:
Senin – Kamis: jam 06.30-15.00 WIB
Jumat – Sabtu: jam 06.30-11.30 WIB
Istirahat: jam 11.30-12.30 WIB
2. Jam Kerja Produksi (Masa giling)
Dalam masa giling, jam kerja antara karyawan yang terkait dengan proses
produksi berbeda dengan karyawan yang tidak terkait dengan proses produksi.
Pembagian jam kerja sebagai berikut :
-Bagi karyawan yang tidak terkait langsung dengan proses produksi berlaku
ketentuan sama seperti pada jam kerja di luar jam giling.
-Bagi karyawan yang terkait dalam proses produksi berlaku ketentuan jam
kerja dengan sistem 3 shift, dengan masing-masing shift bekerja selama 8
jam sehari. Waktu istirahat karyawan ini dilakukan secara bergantian, karena
proses produksi yang dilakukan secara terus-menerus. Pembagian shift
sebagai berikut: shift pagi, shift siang, dan shift malam
3.1.6. Sistem Penggajian
Sistem pembayaran gaji untuk karyawan pimpinan ditentukan sendiri oleh dewan direksi, sedangkan untuk karyawan selain pimpinan, sistem pengupahannya mengacu pada Surat Keputusan (SK) Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Tenaga Kerja RI.Pembayaran gaji untuk karyawan tetap dilaksanakan setiap sebulan sekali.Untuk karyawan kontrak waktu tertentu (KKWT) dilaksanakan secara 2 mingguan atau bulanan.

3.2UPT BPPTK LIPI Gunungkidul

3.2.1 Profil UPT BPPTK LIPI YOGYAKARTA
Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia-Yogyakarta, disingkat UPT BPPTK LIPI Yogyakarta, dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia nomor 1022/M/2002, tanggal 12 Juni 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK).
UPT BPPTK LIPI di Yogyakarta merupakan satuan kerja yang dibentuk dengan peleburan ex UPT Bahan Baku dan Olahan Kimia (BBOK) LIPI yang berada di 3 (tiga) lokasi: Lampung, Bandung dan Yogyakarta. Bagian dari UPT BBOK LIPI yang berkedudukan di Lampung merupakan satuan kerja terbesar di antara ketiga satuan kerja di atas. Kegiatan utama dari satuan tersebut adalah pertanian. Kegiatan utama satuan kerja yang berada di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, diarahkan pada pengembangan teknologi pengolahan pangan. Sub-satuan kerja yang berada di Bandung merupakan pusat kegiatan administrasi dan beberapa percobaan laboratorium.
 Pembentukan UPT Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia pada dasarnya merupakan peleburan ketiga sub-satuan kerja dari 3 lokasi dengan penekanan kegiatan yang berbeda dapat menimbulkan dampak. Dampak tersebut perlu segera diantisipasi agar satuan kerja yang baru dapat menjalankan Tugas Pokok dan Fungsinya secara optimal. Tugas pokok UPT BPPTK mengacu pada LIPI yang memiliki tiga tanggung jawab, yaitu:
1. kepada dunia ilmu pengetahuan
2. kepada masyarakat
3. kepada pemegang kepentingan (stakeholders)
Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi faktor penting dengan penekanan pada pengembangan riset terapan untuk kepentingan masyarakat luas demi meningkatkan kemampuan berkompetisi di era globalisasi dan pasar bebas. Pemantapan organisasi UPT BPPTK LIPI untuk mengemban tanggung jawab tersebut adalah sangat penting dilakukan oleh karena itu disadari perlu adanya sinergisme antar program, antar proyek dan antar kegiatan. Namun demikian program/kegiatan tersebut harus mempunyai fokus yang jelas dan tegas.
UPT BPPTK sebagai salah satu unit eselon III di dalam organisasi LIPI menyusun Rencana Implementatif yang memuat visi, misi, sasaran, strategi, kebijakan dan arahan program selama 5 tahun ke depan, yaitu tahun 2010 – 2014 untuk mengikuti, merespon dan mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang muncul baik di dalam maupun di luar negeri yang memerlukan pendekatan holistik dan berjangka panjang.
Lokasi UPT BPPTK LIPI Yogyakarta ada dua yaitu Desa Gading, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul yang berjarak sekitar 31,5 km dari Yogyakarta dan Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.



3.2.2 Visi dan Misi
3.2.2.1 Visi
VISI LIPI adalah Menjadi lembaga ilmu pengetahuan nasional berkelas dunia yang dapat mendorong terwujutnya kehidupan bangsa yang adil, cerdas, kreatif, integratif dan dinamis yang didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang humanis
Mengacu visi LIPI di atas, maka ditetapkan arah dan tujuan UPT BPPTK LIPI yaitu menjadi satuan kerja yang unggul, profesional dan humanis dalam pengembangan dan implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di bidang proses dan teknologi kimia, pangan dan pakan, farmasi dan teknologi lingkungan

3.2.2.2 Misi
Misi LIPI adalah :
1. Menciptakan great science dan invensi yang dapat mendorong inovasi dalam rangka meningkatkan daya saing perekonomian nasional
2. Mendorong (meningkatkan) pemanfaatan pengetahuan dalam proses penciptaan good governance yang dapat memantapkan NKRI
3. Turut serta dalam proses pencerahan kehidupan masyarakat dan kebudayaan berdasarkan prisip-prinsip ilmu pengetahuan dan kaidah etika keilmuan
4. Memperkuat peran Indonesia (yang didukung ilmu pengetahuan) dalam pergaulan internasional
5. Memperkuat infrasruktur kelembagaan (Penguatan manajemen dan sistem)
Sesuai dengan misi LIPI maka UPT BPPTK LIPI Yogyakarta mempunyai kegiatan utama yaitu mengimplementasikan hasil-hasil penelitian untuk kesejahteraan masyarakat luas. Untuk mengoperasionalkan rencana ini, UPT BPPTK LIPI Yogyakarta melaksanakan kegiatan sebagai berikut :
1. Menumbuhkembangkan budaya iptek serta meningkatkan kemampuan berbasis kompetensi di lingkungan UPT BPPTK LIPI Yogyakarta. Turut berpartisipasi aktif dalam usaha menciptakan masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based society).
2. Melaksanakan pengembangan iptek dan implementasi hasil-hasil penelitian bidang proses Pangan, Pakan, Teknologi Kimia dan Lingkungan dengan penekanan pada usaha peningkatan nilai tambah bahan dan produk lokal, melaksanakan layanan jasa iptek untuk menjawab permintaan dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
3. Menjalin kerjasama dengan para stake holders untuk pengembangan produk-produk unggul dengan daya komparatif dan kompetitif dari bahan lokal.
4. Mengimplementasikan iptek melalui mekanisme inkubasi Usaha skala Kecil dan Menengah (UKM).
5. Melaksanakan usaha penguatan institusi melalui pengembangan sumber daya yang terencana dengan memperhatikan perkembangan paradigma, kondisi serta daya dukung lingkungan.
Untuk melaksanakan Tugas dan Fungsi diatas ditekankan pada pengembangan, pemanfaatan dan penerapan hasil penelitian di bidang proses dan teknologi kimia, pangan, pakan, farmasi dan teknologi lingkungan. Fungsi yang diselenggarakan pada dasarnya mencakup pengembangan, pengelolaan dan penerapan hasil penelitian dalam bidang proses dan teknologi kimia untuk kepentingan masyarakat luas.
3.2.3 Struktur Organisasi UPT BPPTK LIPI Yogyakarta
3.2.4 Tugas dan Fungsi Pokok
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia nomor 1022/M/2002, tanggal 12 Juni 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (UPT BPPTK). Tugas Pokok UPT BPPTK adalah melaksanakan pengembangan, pemanfaatan dan penerapan hasil penelitian di bidang proses dan teknologi kimia, pangan dan pakan, farmasi dan teknologi lingkungan.
Sedangkan fungsi yang diselenggarakan oleh UPT BBPTK LIPI adalah :
1) Mempersiapkan rencana, memantau, mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan di bidang proses dan   teknologi kimia;
2) Melakukan kerjasama dengan lembaga penelitian lain, baik di lingkungan LIPI maupun di luar LIPI dalam rangka mengembangkan proses dan teknologi secara kimia yang diperlukan oleh masyarakat.
3) Melakukan uji teknoekonomi dari skala penelitian ke dalam skala pilot plan semua hasil proses dan teknologi kimia.
4) Melakukan pengembangan hasil proses dan teknologi kimia dan memproduksinya untuk kepentingan masyarakat luas;
5) Melakukan pemanfaatan hasil penelitian di bidang proses dan teknologi kimia yang diperlukan oleh masyarakat dan telah dibuktikan melalui uji coba pemasyarakatannya baik kualitas maupun kuantitasnya;
6) Melakukan pemasyarakatan semua hasil-hasil penelitian bidang kimia.
7) Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga.
Kegiatan-kegiatan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi di atas ditekankan pada pengembangan, pemanfaatan dan penerapan hasil penelitian di bidang proses dan teknologi kimia, pangan, pakan, farmasi dan teknologi lingkungan. Fungsi yang diselenggarakan pada dasarnya mencakup pengembangan, pengelolaan dan penerapan hasil penelitian dalam bidang proses dan teknologi kimia untuk kepentingan masyarakat luas.

3.2.5 Program Pangan
Pembangunan ketahanan pangan di Indonesia telah ditegaskan dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan yang dirumuskan sebagai usaha untuk mewujudkan ketersediaan pangan bagi seluruh rumah tangga dalam jumlah yang cukup, mutu dan gizi yang layak, aman dikonsumsi, merata serta terjangkau oleh setiap individu.
Sampai saat ini masih banyak rumah tangga yang belum mampu mewujudkan ketersedian pangan yang cukup terutama dalam hal mutu/tingkat gizi. Dalam hal ini keanekaragaman pangan menjadi salah satu pilar dalam ketahanan pangan. Keanekaragaman sumberdaya alam yang dimiliki Indonesia merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung peningkatan konsumsi masyarakat menuju pangan yang beragam dan bergizi seimbang. Berbagai sumber pangan lokal pada beberapa wilayah masih dapat dikembangkan untuk memenuhi keanekaragaman konsumsi pangan masyarakat pada wilayah yang bersangkutan.
Konsumsi pangan yang beranekaragam diharapkan dapat memenuhi kecukupan gizi seseorang baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Namun sekarang ini telah terjadi perubahan dalam pola konsumsi sebagai bagian dari perubahan gaya hidup. Terdapat kecenderungan untuk mengkonsumsi makanan siap saji dengan kalori tinggi, rendah kandungan seratnya. Adanya ketidakseimbangan dalam pola konsumsi ini telah mendorong timbulnya berbagai masalah kesehatan. Diet tinggi lemak dan tinggi kalori berkaitan erat dengan peningkatan prevalensi obesitas yang sering menjadi pemicu timbulnya berbagai penyakit degeneratif di antaranya hiperkolesterol dan diabetes mellitus. Kekurangan sumber nutrisi tertentu seperti asam folat dapat juga mengakibatkan cacat bawaan pada bayi dan berbagai penyakit lainnya, selain itu kekurangan zat besi dapat menimbulkan anemia yang mengganggu produktivitas.
Menyikapi hal tersebut, menjadi sangat perlu dilakukan penelitian mengenai makanan sehat untuk mencegah terjadinya penyakit degeneratif tersebut. Dalam hal ini, penelitian pembuatan makanan sehat dilakukan dengan menggunakan bahan pangan lokal. Ketersediaan bahan pangan lokal cukup berkesinambungan sehingga dapat terjaga keberlanjutan produksi makanan sehat yang akan dilakukan.
Produk-produk pangan yang dikembangkan ini berasal dari bahan pangan lokal hasil pertanian diantaranya yaitu umbi-umbian, pangan sumber protein nabati (kacang-kacangan) dan rumput laut. Umbi-umbian merupakan bahan pangan sumber karbohidrat. Makanan sehat yang dibuat dari umbi-umbian, mengandung serat, indeks glikemik yang rendah serta senyawa aktif yang dapat bermanfaat bagi para penderita diabetes mellitus. Kegiatan makanan fungsional untuk penderita diabetes melitus merupakan kegiatan unggulan program pangan yang bersinergi dengan salah satu kegiatan di Pusat Penelitian Kimia LIPI.
Bahan pangan lainnya yang dikembangkan yaitu kacang-kacangan sebagai sumber protein. Bahan pangan sumber protein dipilih mengingat fungsi protein yang sangat penting bagi tubuh. Dalam pembuatan makanan sehat dari sumber protein nabati ini akan dilakukan optimasi proses, termasuk proses fermentasi, sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai cerna protein dalam tubuh. Dengan demikian diperoleh makanan sehat dengan tingkat kecernaan protein yang tinggi dalam tubuh sehingga dapat memperlancar metabolisme. Untuk meningkatkan nilai gizi bahan pangan perlu diperkaya misalnya dengan zat besi dan folat.
Selain itu, posisi geografis Indonesia yang merupakan pertemuan berbagai patahan bumi dan jalur gunung berapi di dunia, mengakibatkan frekuensi bencana alam berupa gempa bumi, gelombang tsunami dan letusan gunung berapi di Indonesia cukup tinggi. Kondisi tersebut menuntut sebuah budaya “sadar bencana” yang harus dikembangkan/diperkenalkan di masyarakat. UPT BPPTK LIPI sebagai salah satu institusi IPTEK, memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan teknologi yang menunjang upaya “sadar bencana” tersebut dalam bentuk makanan yang disiapkan untuk kondisi bencana.


A. Tujuan
Tujuan Program Pangan sampai dengan tahun 2014 yaitu:
1. Pengembangan makanan fungsional dengan memanfaatkan bahan pangan lokal berbasis umbi-umbian dan kacang-kacangan.
2. Pengembangan makanan “siaga bencana”.
3.2.6 Program Pakan dan Nutrisi Ternak
Kebutuhan produk hasil ternak erat kaitannya dengan tuntutan adanya kualitas produk hasil ternak yang aman dan sehat bagi konsumen. Tingginya kadar kolesterol dan beberapa asam lemak jenuh dapat menjadi ancaman bagi kesehatan manusia sehingga perlu upaya untuk meningkatkan kualitas hasil ternak dengan pendekatan nutrisi (nutritional approach). Untuk menunjang capaian produk pangan asal ternak yang sehat dan aman, perlu perhatian terhadap kuantitas dan kualitas bahan dan produk pakan.
Ketersediaan pakan baik secara kuantitas dan kualitas merupakan faktor utama penentu keberhasilan usaha peternakan unggas maupun ruminansia. Kendala utama dalam penyediaan pakan ternak adalah sulitnya bahan baku pakan, kadar zat makanan (nutrient) yang terkandung dalam bahan baku pakan rendah kualitasnya sehingga belum memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi keterbatasan rendahnya kualitas bahan pakan adalah dengan pengembangan teknologi pengolahan pakan, peningkatan asupan nutrient melalui pemberian suplemen pakan (feed supplement) dan peningkatan utilitas pakan dengan pemberian aditif pakan (feed additive).Pemberian suplemen dan aditif pakan ditujukan tidak hanya untuk mengejar aspek produktivitas ternak, namun sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan keamanan produk ternak terhadap konsumen.
Tantangan terbesar dalam pengembangan teknologi pengolahan pakan adalah mencakup tiga aspek yaitu peningkatan kualitas pakan, daya simpan dan nilai ekonomisnya. Mengingat sebagian besar bahan baku pakan khususnya pakan ternak ruminansia bersumber dari limbah tanaman pangan dan agroindustri, teknologi yang akan dikembangkan harus mampu mengatasi keterbatasan bahan pakan, seperti kadar serat tinggi, rendahnya protein kasar dan keberadaan senyawa toksik (racun) pada beberapa hijauan. Pengembangan teknologi bahan pakan berserat tinggi ini dilakukan dengan dua pendekatan yakni pengolahan secara mekanik dan pengolahan dengan fermentasi baik an aerob maupun semi aerob untuk mendukung kemudahan aplikasi teknologi di tingkat peternakan rakyat dan industri.
Pendekatan suplementasi pakan juga ditujukan untuk mengatasi kekurangan beberapa unsur zat makanan makro maupun mikro sehingga dicapai suatu keseimbangan (balanced nutrient), sedangkan pemberian aditif pakan berperan dalam aktivasi dan optimasi proses absorpsi zat makanan dalam sistem pencernaan ternak. Melalui pendekatan pengolahan pakan, pemberian suplemen dan aditif tersebut diharapkan optimasi produktivitas ternak dapat meningkatkan efesiensi sekaligus kualitas produk ternak.
Kegiatan penelitian bidang pakan dan nutrisi ternak dikategorikan dalam 2 kegiatan penelitian yaitu pengembangan bioaditive untuk meningkatkan pertumbuhan (growth promotor) dan mendukung sistem kekebalan (immunostimulator) dan modifikasi pakan (modified feed) untuk peningkatan nilai tambah produk ternak yang aman dan sehat. Pembuatan bioaditive dilakukan dengan memanfaatkan peranan bakteri asam laktat dengan kombinasi bahan organik yang mengandung bioaktif yang memiliki aktivitas antimikrobia dan menstimulasi sistem kekebalan tubuh ternak. Produk yang dihasilkan dari aplikasi produk bioaditive yang aman dan kaya akan nutrient esensial diharapkan akan memberikan kontribusi dalam penyediaan bahan pangan hewani sebegai sumber protein utama, aman dan menyehatkan.
Integrasi peternakan dengan bidang pertanian lainnya juga diarahkan pada suatu sistem budidaya peternakan yang ramah lingkungan (zero waste system). Kegiatan ini mencakup pengelolaan limbah pertanian sebagai sumber energi alternatif dan biofertilizer yang nantinya diarahkan tidak hanya sekedar pupuk tunggal namun juga pupuk yang memiliki spesifikasi terhadap tanaman dan bahan penangkal hama dan penyakit tertentu. Fortifikasi pupuk dengan bahan-bahan alam akan diintegrasikan dengan kegiatan program penelitian bahan alam dalam program diseminasi dan implementasi IPTEK.

A. Tujuan
Tujuan Program Pakan dan Nutrisi Ternak yang telah ditetapkan untuk dicapai pada akhir 2014 meliputi:
1. Pengembangan teknologi pengolahan dan pengawetan bahan pakan
2. Pengembangan bioaditive sebagai growth promoter dan Immunostimulator pada ternak
3.7 Program Teknologi Kimia dan Lingkungan
Indonesia yang dianugerahi kekayaan keanekaragaman hayati memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman dan 940 spesies di antaranya diketahui berkhasiat sebagai obat. Keanekaragaman hayati Indonesia diperkirakan kedua terbesar di dunia setelah Brazil. Dari 250.000 spesies tumbuhan tingkat tinggi yang terdapat di dunia, 30.000 spesies diantaranya terdapat di Indonesia. Banyak tumbuhan tropika ini telah dimanfaatkan antara lain sebagai biofarmaka. Maka penelitian yang sistematik perlu terus dilakukan untuk mengungkap secara optimal manfaat bahan alam di negara kita. Mengingat manfaat keanekaragaman hayati tersebut sangat beragam bagi manusia seperti sebagai biofuel, biofarmaka, biopestisida dan biofertilizer. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan bahan-bahan dari alam dalam meningkatkan kesehatan yang optimal dan mengatasi berbagai penyakit secara alami, maka senyawa kimia yang jumlahnya sangat melimpah perlu terus diteliti dan digunakan bagi kepentingan rakyat Indonesia. Dengan beragamnya kekayaan alam yang dimiliki Indonesia itu, maka memungkinkan ditemukannya atau diisolasi senyawa kimia baru. Berdasarkan hal itu, sebagai negara yang termasuk negara mega biodiversity maka riset di bidang ini, menjadi salah satu ujung tombak riset di Indonesia.
Beberapa permasalahan global seperti krisis energi, pemanasan global dan krisis pangan, mendorong perkembangan IPTEK yang diaplikasikan untuk mengatasinya. Oleh karena itu, teknologi yang akan dikembangkan dalam Program Teknologi Kimia dan Lingkungan diarahkan untuk menghadapi permasalahan tersebut dengan mengambil tema “Back to Bioproduct through Green Chemistry”. Program Teknologi Kimia dan Lingkungan dilakukan untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi berbagai bioproduk dan memperhatikan usaha-usaha dengan meminimalkan dampak terhadap lingkungan. Salah satu strategi yang tepat untuk perlindungan lingkungan dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam adalah dengan menerapkan kebijakan produksi bersih untuk mengolah limbah atau memanfaatkannya agar memiliki nilai tambah bagi kehidupan.
Program teknologi kimia dan lingkungan mencakup beberapa kegiatan di antaranya adalah pengembangan energi alternatif ramah lingkungan berbasis biomassa serta pengembangan berbagai sumber energi baru dan terbarukan yang lain. Kegiatan ini merupakan salah satu program prioritas nasional (PN) dan program unggulan di Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI yang bersinergi dengan satu kegiatan di Pusat Penelitan Kimia LIPI. Pengembangan berbasis biomassa dalam hal ini bahan pertanian diarahkan untuk biodegradable films sebagai bahan pengemas. Teknologi lingkungan akan memperhatikan aspek-aspek pengembangan sustainable development dalam mengatasi berbagai masalah lingkungan khususnya pada penanggulangan limbah industri dan pelestarian lingkungan hidup.
Program teknologi kimia dan lingkungan lainnya dirancang untuk membentuk keunggulan melalui pemanfaatan bahan baku lokal dan memanfaatkan senyawa aktif untuk membentuk keunggulan pada produk baru. Produk-produk yang akan dikembangkan terutama yang berbahan baku empon-empon, mengkudu, daun sirih, bunga cranberry, pengembangan minyak atsiri dan bahan alam potensial lain. Produk-produk tersebut diolah secara kimia untuk memanfaatkan senyawa bioaktif yang terkandung di dalamnya. Produk yang mengandung senyawa bioaktif tersebut, sangat bermanfaat bagi industri-industri obat, pangan dan kosmetika. Senyawa bioaktif tersebut telah diketahui mempunyai efek antibacterial, antiviral, antifungal, antioxidant, anticancer dan mempunyai kemampuan aksi-farmakologi yang lain.

A. Tujuan
1. Meningkatkan kualitas dan efektivitas proses teknologi kimia untuk menaikkan nilai tambah bahan baku lokal.
2. Mengembangkan proses teknologi kimia dengan memperhatikan dampak lingkungan.
3.Mengoptimalkan bahan alam lokal yang berpotensi sebagai biofuel, biofertilizer, biopestisida dan biofarmaka yang memiliki nilai komersial dan bermanfaat untuk masyarakat.



BAB IV

PEMBAHASAN

4.1.1 Proses Pengolahan Gula Tebu di PG Madukismo
Bahan baku utama untuk pengo1ahan gula di PG Madukismo adalah tebu. Sementara bahan bantunya adalah Ca(OH)2, SO2, flokulan, NaOH, Na3PO4, dan air imbibisi. Proses pengolahan tebu menjadi gula membutuhkan energi yang cukup besar.
Sebagai penghasil tenaga uap digunakan 5 buah ketel pipa air New Mark dengan kapasitas 16 ton / jam masing-masing 440 m2 dengan tekanan kerja 15 Kg/cm2 dan satu buah ketel Chen-chen kapasitas 40 ton/jam. Uap yang dihasilkan dipakai untuk menggerakkan alat-alat berat, memanaskan dan menguapkan nira dalam pan penguapan, serta untuk pembangkit tenaga listrik. Sebagai bahan bakar dipakai ampas tebu yang mengandung kalori sekitar 1.800 Kal/Kg dan kekurangannya ditambah dengan kayu bakar dan BBM. Secara umum proses pengolahan tebu menjadi gula pasir melalui tahapan sebagai berikut:
1. Pemerahan Nira (Extraction)
Tebu setelah ditebang dikirim ke stasiun gilingan (ekstraksi) untuk dipisahkan antara bagian padat (ampas) dengan cairannya yang mengandung gula (nira mentah) melalui alat-alat berupa Unigrator Mark IV dan Cane Knife digabung dengan 5 gilingan, masing-masing terdiri atas 3 rol dengan ukuran 36"x 64". Jumlah ampas yang diperoleh sekitar 35 % tebu dan digunakan untuk bahan bakar stasiun ketel (pusat tenaga), sedangkan nira mentah akan dikirim ke bagian pemurnian untuk diproses lebih 1anjut. Untuk mencegah kehilangan gula karena bakteri dilakukan sanitasi di stasiun gilingan.

2. Pemurnian Nira
Pemurnian nira dilakukan dengan sistem sulfitasi. Nira mentah ditimbang, dipanaskan pada suhu 70 – 75oC, direaksikan dengan susu kapur dalam Defekator, dan diberi gas SO2 dalam peti sulfitasi sampai pH 7.0. Kemudian dipanaskan lagi sampai suhu 100 – 105oC.Kotoran yang dihasilkan diendapkan dalam peti pengendap (Door Clarifier) dan disaring menggunakan Rotary Vacuum Filter (alat penapis hampa).
Endapan padatnya (blotong) bisa digunakan sebagai pupuk organik.Kadar gula dalam blotong ini di bawah 2.0 %.Nira jernihnya dikirim ke stasiun penguapan.
3. Penguapan Nira
Nira jernih dipekatkan di dalam pesawat penguapan dengan sistem multiple effect, yang disusun secara interchangeable agar dapat dibersihkan secara bergantian. Nira encer dengan padatan terlarut 16 % dapat naik menjadi 64 % dan disebut nira kental, yang siap dikristalkan di stasiun kristalisasi atau stasiun masakan. Total luas bidang pemanas adalah 5.990 m2. Nira kental yang berwarna gelap ini diberi gas SO2 sebagai bleaching/pemucatan, dan siap untuk dikristalkan.
4. Kristalisasi
Nira kental dari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam Pan Kristalisasi sampai lewat jenuh hingga timbul kristal gula. Sistem yang dipakai yaitu A-C-D dimana gula A sebagai produk, gula C dan D dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak lagi. Pemanasan dengan menggunakan uap dengan tekanan di bawah atmosfer dengan vakum sebesar 65 cmHg, sehingga suhu didihnya hanya 650 C, jadi sakarosa tidak rusak akibat kena panas tinggi. Hasil masakan merupakan campuran kristal gula dan larutan (stroop). Sebelum dipisahkan di stasiun puteran, gula lebih dahulu didinginkan dalam palung pendingin (kultrog).
5. Stasiun Sentrifugasi
Pada stasiun putaran dilakukan pemutaran yang bertujuan memisahkan gula kristalnya dari stroop, klare dan tetes.Pemutaran tersebut menggunakan mesin pemisah (centrifuge) yang terdiri dari basket berdinding saring yang berputar. Alat ini bekerja dengan gaya sentrifugal. Hasil sentrifugasi adalah kristal gula (belum kering dan masih berwarna merah/belum murni) dan molase (tetes tebu). Kristal gula yang berwarna merah ini disebabkan adanya lapisan tipis tetes yang masih tertinggal pada permukaan Kristal sukrosa. Kristal gula ini masih membawa kotoran, untuk membersihkannya dapat dilakukan dengan cara membasahi kristal gula dengan larutan sukrosa jenuh kemudian diputar sekali lagi, sehingga diperoleh kristal gula yang bersih. Gula yang masih kotor.
6. Penyelesaian dan Gudang Gula
Dengan alat penyaring gula, gula SHS dari puteran SHS dipisahkan antara gula halus, gula kasar, dan gula normal.Gula halus dan kasar dilebur, kemudian dikristalisasi lagi.Gula normal dikirim ke gudang gula dan dikemas dalam karung plastik.
4.1.2 Proses Pembuatan Alkohol / Spiritus di PS Madukismo
Bahan baku utama untuk pembuatan alkohol atau spiritus di PS Madukismo adalah tetes (molase) yang merupakan hasil samping pengolahan gula. Sementara bahan bantunya adalah Ragi atau Yeast, Urea, NPK, Superfloc, H2SO4 dan air.Ragi yang dipakai adalalah Saccaromyces cerevisiae. Enzim yang ada dalam ragi ini merubah gula yang masih ada dalam tetes menjadi alkohol dan gas CO2. Reaksi kimianya adalah sebagai berikut:

A. Sakarosa dihidrolisa menjadi glukosa (gula reduksi)
Cl2H22O11 + H2O                            C6Hl2O6
B. Gula reduksi bereaksi menjadi Alkohol + gas CO2
2 C6H12O6                            2 C2H5OH + 2 CO2
(Alkohol)
Hasil produksi alkohol dibedakan atas dasar kualitas sebagai berikut :
a. Alkohol Teknis : masih mengandung aldehida, kadar ± 94 %, digunakan untuk membuat spiritus bakar.
b. Alkohol Murni (prima) : bebas aldehida, kadar 95 %, bisa dipakai pada industry minuman, farmasi, kosmetik, dan lain-lain.
c. Hasil samping: Minyak fusel (amil alkohol)
Secara umum proses pengolahan tetes menjadi alkohol melalui 3 tahapan berikut:
A. Pemasakan
Tetes diencerkan dengan air sampai brix tertentu dan ditambah nutrisi untuk pertumbuhan ragi.Sebagai sumber nitrogen dipakai pupuk urea, dan sebagai sumber phosphor dipakai pupuk NPK.
B. Peragian
Dilaksanakan bertahap mulai dari isi 3.010 liter, 18.000 liter dan 75.000 liter. Waktu peragian utama berkisar 36 - 40 jam dan kadar alkohol yang bisa dicapai antara 9 - 10 %.
C. Penyulingan
Adonan yang telah selesai diragikan dipisahkan alkoholnya (disuling) di dalam pesawat penyulingan. Penyulingan menggunakan tenaga uap dengan tekanan 0,8 Kg/cm2 pada suhu 1200 C. Pesawat penyulingan terdiri dari 4 kolom: Kolom kasar (Maise Column), Kolom Vorloop, Kolom Rektifiser,dan Kolom Nachloop. Alkohol kasar dengan kadar ± 45% masuk ke kolom.
Kolom Vorloop Hasil atas Alkohol teknis dengan kadar 94 % masih mengandung aldehid, kemudian ditampung sebagai hasil. Hasil bawah Alkohol muda dengan kadar ± 25 % masuk ke kolom rektifiser. Kolom kasar Hasil 3. Kolom Rektifiser Hasil atas  Alkohol murni (prima) dengan kadar 95 % bebas aldehid, ditampung sebagai hasil. Hasil tengah Alkohol muda yang mengandung minyak fusel, masuk ke kolom nachloop.Hasil bawah Lutter waser, air yang bebas alkohol.kadang- kadang bila perlu sebagian digunakan untuk menambah kolom vorloop sebagai bahan penyerap alkohol dan sebagian lagi dibuang. Kolom Nachloop hasil atas Alkohol teknis dengan kadar 94 %, ditampung sebagai hasil. Hasil bawah Air yang bebas alkohol, dibuang.Minyak fusel yang mengandung amyl alkohol merupakan hasil samping Pabrik Spiritus.
Minyak ini bisa digunakan untuk bahan baku pembuatan essence (amyl acetat). Sementara pembuatan spiritus adalah dengan merusak alkohol teknis menggunakan minyak tanah, methanol, dan pewarna methylen blue.
4.1.3. Teknologi Penanganan Limbah
Kapasitas produksi PG. Madukismo adalah 3.300 TCD (ton cane per day) denganrendemen sekitar 6,7 %. Ini berarti 93,3 % dari total material yang digunakan adalah limbah dan hasil samping. Jika produktivitas pabrik misalnya 100 %, maka pabrik gula tersebut menghasilkan sekitar 3000_an ton limbah perharinya dalam bebagai bentuk.
Hal ini tentu merupakan permasalahan yang serius untuk ditangani karena dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.Masalah pencemaran menjadi hal penting untuk dijadikan alasan penanganan limbah karena berhubungan erat dengan kesehatan lingkungan. Kuantitas dan kualitas limbah yang dihasilkan dari proses produksi tergantung pada efisiensi proses, efisiensi peralatan, dan sistem pemeliharaan alat. Selain dari proses pengolahan tebu menjadi gula, limbah juga dihasilkan dari stasiun ketelan atau generator uap untuk menunjang proses produksi gula, serta kegiatan rumah tangga, laboratorium, lalu lintas kendaraan dan juga kegiatan pemeliharaan alat. Dari keseluruhan aktivitas pabrik, limbah yang timbul meliputi limbah padat, cair, gas, debu, dan juga kebisingan.
Untuk dapat mengenal lebih baik, sumber dan macam serta karakteristik limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan tebu menjadi gula perlu diketahui urutan prosesnya secara keseluruhan. Urutan proses pengolahan yang menghasilkan limbah tersebut dapat dilihat pada gambar 7. Kegiatan pabrik gula yang merupakan sumber pembangkitan limbah, juga mengolah blotong ini menjadi pupuk mix yang khusus diperuntukkan bagi tanaman tebu. Pupuk mix adalah pupuk campuran antara pupuk organik dengan pupuk kimia.
Dalam pembuatannya selain menggunakan blotong, ditambah juga dengan abu ketel dan slop/stillage yang merupakan limbah pabrik alkohol dan spiritus. Setiap satu juta kuintal tebu digiling akan menghasilkan pupuk sebesar ± 6.000 ton. Hasil produksi pupuk dipakai sendiri untuk tanaman tebu dan apabila berlebih baru dijual. Pembuatan pupuk mix ini dilakukan pada unit khusus dengan lokasi yang terpisah dari areal pabrik, yakni sekitar 1 km sebelah barat dari lokasi pabrik.
Selain dimanfaatkan untuk bahan pembuatan pupuk, blotong dapat dimanfaatkan juga untuk bahan bakar. Hal ini dimungkinkan apalagi PG Madukismo menggunakan metode sulfitasi dengan memakai vacum filter dalam pemurnian nira dimana bahan yang hilang dalam pemijaran cukup tinggi dibandingkan dengan yang memakai filter press.
Limbah padat lainnya adalah abu ketel yang banyaknya sekitar 0,3 % dari berat tebu. Abu ketel memiliki kadar kalium fosfat dan silika cukup tinggi sehingga salah satu penggunaan dari abu ketel ialah sebagai campuran bahan baku pembuatan gelas. Namun sampai saat ini limbah abu ketel dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk kompos dicampur dengan blotong.Untuk penanganan limbah cair yang jumlahnya sekitar 50 m3 per hari, PG Madukismo memiliki instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) khusus agar ketika dibuang ke lingkungan tidak menimbulkan pencemaran.
Penurunan tingkat pencemaran air karena limbah dilakukan dengan menggunakan sistem lumpur aktif aerasi dengan bantuan bakteri Inola sp. Kultur biakan Inola sp dipelihara dalam sebuah bak terpisah dengan kondisi tertentu untuk pembiakan. Pada bak biakan ditambah pupuk TSP dan ZA sebagai nutrisi dan bahan katalis pembiakan kultur. Bakteri tersebut diperoleh dari P3GI Pasuruan, kemudian dari bak biakan, bakteri dikembangkan di bak lumpur aktif.
Proses instalasi pengolahan air limbah yaitu:
1. Pengendapan awal
2. Lumpur aktif
3. Kolom Inkubasi
4. Kolom Aerasi
5. Pengendapan II
6. Saluran Pembuangan
Limbah yang dihasilkan kemudian ditampung dalam bak penampungan, lalu dialirkan ke dalam bak pengendapan awal dan hasil pengendapan ditampung di bak equalizer.Tahap berikutnya yaitu penguraian oleh bakteri dengan bantuan aerator.
Cairan yang sudah diaerasi selanjutnya diendapkan di bak lalu disaring.Nilai COD dan BOD air yang dihasilkan sudah mengalami penurunan sehingga air dapat langsung dibuang.Lumpur aktif yang dihasilkan umumnya mengandung bahan organik dan anorganik sehingga dapat digunakan sebagai pupuk. Proses pengolahan limbah cair ini berlangsung secara kontinu.
PG Maduksimo juga menghasilkan limbah gas berupa partikulat yang terbawa oleh asap cerobong ketel uap terutama abu sisa pembakaran. Untuk mengatasi pencemaran udara, maka pada tahun 1994 dipasang dust collector pada cerobong ketel dan pada 43 Sementara limbah gas lain dalam bentuk gas CO, SO2, NO2, H2S dan NH3 masih di bawah ambang batas sehingga tidak dilakukan penanganan secara khusus.
Adapaun alat-alat yang digunakan dalam proses pengolahan limbah antara lain:
1. Grit Chamber
Merupakan tahap perlakuan yang pertama dan berfungsi untuk menangkap pasir
atau partikel kasar yang terlarut dalam air buangan dengan saringan berupa kawat
strimin.
2. Bak Penampung
Berfungsi untuk mengendapkan pasir dan zat padat tersuspensi yang lolos dari saringan.
3. Bak sedimentasi
Berfungsi untuk mengendapkan zat padat tersuspensi atau pasir setelah melalui
bak penampung sehingga tidak ikut dalam aliran air buangan.
4. Settling tank I
Berfungsi sebagai penyaring padatan yang tidak dapat diendapkan.

5. Micro Staining
Berfungsi sebagai saringan berupa drum yang diputar dan dibungkus ayakan dari
bahan stainless steel. Di dalam pengoperasiannya 2/3 dari bagian drum terendam
air limbah, sehingga air yang cukup jernih masuk ke dalam drum.
6. Equalisasi
Berfungsi untuk menambahkan susu kapur ke dalam air limbah, sehingga pH
tetap bisa terjaga dalam suasana netral (6 - 7,9) dan mikroorganisme dapat bekerja
secara optimal.
7. Koagulasi
Untuk penggumpalan zat-zat padat dengan penambahan senyawa koagulan.
8. Settling tank II
Berfungsi sebagai penyaring ulang dari bahan-bahan yang mengapung.
9. Anaerob I
Berfungsi untuk mendegradasi senyawa - senyawa organik untuk proses
pengasaman dan proses methanogenesis.
10. Settling tank III
Berfungsi untuk menyaring kembali bahan-bahan yang tidak terendapkan dan
masih terapung.
11. Aerobic Process
Untuk merombak polutan sisa proses anaerob yang berupa buih atau lapisan film
karena adanya lemak dalam air limbah.
12. Anaerob II - V
Berfungsi untuk mendegradasi kembali senyawa-senyawa organik yang masih
belum terurai.
13. Bak Aerasi
Berfungsi untuk mengurangi kadar polutan yang terkandung di dalam air limbah
dengan mengalirkan oksigen dari udara yang diperlukan dalam proses degradasi
biologis. Di samping itu bak aerasi berfungsi juga untuk pengadukan (mixing).
14. Drying Bed
Berfungsi sebagai pengering endapan dari bak pengendapan dan hasil dari bak
aerobik.
15. Spray dan Stabilize tank
Berfungsi untuk mengontrol air limbah dan menstabilkannya agar air limbah pH-nya tetap netral.
16. Bak Bibit
Berfungsi sebagai tempat penambahan dan pengembangbiakan bakteri.
17. Chimney
Merupakan pipa cerobong yang berfungsi untuk mengeluarkan gas sisa dari hasil
pembakaran.
a. Pompa / Bahan Bantu
Merupakan alat pemompa cairan limbah untuk dialirkan ke unit pengolahan lain
serta tempat menyimpan bahan-bahan bantu untuk pengolahan limbah.
b. Ruang Operator
Merupakan ruangan yang berfungsi untuk mengoperasikan unit-unit pengolahan
air limbah.
c. Kapur/Gamping
Tempat penyimpanan kapur atau gamping sebagai bahan untuk meningkatkan pHair limbah.
4.2.1 Struktur Organisasi UPT BPPTK LIPI Gunungkidul
Struktur organisasi dari UPT BPPTK LIPI Gunung Kidul ditunjukkan dalam skema dibawah ini.
Gambar 4.1 Struktur Organisasi UPT BPPTK LIPI Gunung Kidul
UPT BPPTK LIPI dikepalai oleh Hendra Julendra, S.Pt., M.Sc. sedangkan sub bagian tata usaha yakni Hendra Herdian, S.Pt., M.Sc. kemudian terdapat tiga seksi yang mengatur tentang rancang bangun, program dan kerjasama, serta sarana dan prasarana. Sedangkan, yang mengurusi progam-progam LIPI, antara lain program pangan, teknologi dan lingkungan, serta program pakan dikepalai oleh orang-orang yang berbeda.
4.2.2 Produk-Produk yang Dihasilkan UPT BPPTK LIPI Gunungkidul
4.2.2.1 Makanan dalam Kaleng
Makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat terkadang cepat membusuk dan akan menjadi kendala jika makanan tersebut merupakan makanan khas dari suatu daerah dan hendak dibawa dalam perjalanana jauh sebagai oleh-oleh. Maka pasti makanan tersebut akan tidak awet dan busuk.
Salah satu usaha dalam mengawetkan makanan yakni dengan cara mengalengkan makanan tersebut. Oleh karena masalah diatas, maka UPT BPPTK LIPI melakukan kegiatan pengalengan makanan yang telah dibuat oleh masyarakat.Makanan yang dikalengkan di LIPI tersebut bebas pengawet, sehingga aman dikonsumsi oleh masyarakat.
Pengalengan makanan ini membutuhkan proses dengan melalui beberapa tahap. Yang pertama yakni kaleng yang akan digunakan tersebut disterilisasi dengan menggunakan autoklaf. Kaleng-kaleng tersebut didatangkan lansung dari Jakarta.Setelah steril, makanan tersebut dimasukkan ke dalam kaleng.Untuk pengisisan tersebut masih dilakukan secara manual.setelah itu, kaleng tersebut ditimbang.Jika sudah sesuai dengan yang diinginkan, kakleng-kaleng yang telah berisi makanan tersebut dipanaskan. Lalu, kaleng tersebut ditutup dan disterilkan dengan suhu 121oC dan tekanan 2 bar. Proses pengalengan tersebut membutuhkan waktu selama 1 hari.
Setelah proses pengalengan telah selesai dilakukan, makanan kaleng tersebut tidak boleh langsung dipasarkan, namun harus terlebih dahulu dikarantina selama 15 hari dalam suhu ruangan. Selama 15 hari tersebut, kaleng yang berisi makanan tersebut diamati.Jika kaleng tersebt terlihat menampakkan perubahan fisik, seperti menggebung, maka kaleng tersebut tidak layak dipasarkan dan harus dibuang.
Setelah meleati 15 hari, maka makanan kaleng tersebut siap untuk dipasarkan.Yang memasarkan makanan kaleng tersebut bukanlah dari pihak LIPI, melainkan dari pihak UKM yanh memproduksi makanan yang dimasukkan ke dalam kaleng tersebut.LIPI hanya berperan sebagai badan yang membantu UKM-UKM dalam mengembangkan produk-produk hasil olahannya dan bukanlah pihak yang mengambil keuntungan dari produk tersebut.
Makanan-makanan yang dikalengkan oleh pihak LIPI sangat beragam, antara lain: gudheg, mangut lele, sayur lombok ijo, dan sebagainya.
a.        Gudeg Jogja
Gudeg adalah makanan khas Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan dan dibumbui dengan kluwak.Penggemar makanan ini relatif banyak.Sayangnya, gudeg memiliki masa simpan cukup pendek. Proses pengalengan telah dilakukan terhadap makanan gudeg, dan produk dapat memiliki masa simpan hingga 1 tahun.
Komposisi kandungan : GIZI % per 100 g, Lemak 5.12, Protein 5.33, Karbohidrat 12.47, kadar air 73.28 dan kadar abu 1.72 terdaftar BPOM. RI . MD. 555112001035

Gambar 4.2 Gudeg Jogja adalah Makanan khas Jogja yang merupakan salah satu produk pengalengan makanan LIPI

b.      Mangut Lele
Mangut lele merupakan makanan khas dari daerah Bantul, Yogyakarta. Lele dimasak dengan menggunakan bumbu mangut, yang didominasi dengan kuah dari santan. Komposisi Gizi Mangut Lele Kaleng : GIZI % per 100 g, lemak 6.24, protein 6.58, karbohidrat 9.63, kadar air 75.71, kadar abu 1.66 terdaftar BPOM.RI.MD. 517112003035

Gambar 4.3 Mangut lele me.rupakan salah satu makanan yang dikalengkan oleh UPT BPPTK LIPI


4.2.2.2 Pakan Ternak
Bukan hanya manusia yang membuthkan manusia, namun semua makhluk hidup, yakni hewan dan tumbuhan, membutuhkan makanan untuk mendapatkan energi sehingga mereka dapat melakukan aktivitasnya dengan baik.Bukan hanya makanan sehat, namun makanan yang memiliki rasa yang lezat merupakan dambaaan semua pemakan makanan.Bukan hanya manusia, tetapi juga hewan.
Kadangkala, makanan yang diberikan kepada hewan, terutama hewan ternak, memiliki rasa yang kurang diminati oleh hewan ternak tersebut.Sehingga, hewan-hewan tersebut kurang bernafsu dalam menikmati makanan yang tengah disantapnya.Akibatnya, hewan tersebut tidak mendapatkan suplai energi yang cukup dan menyebabkan kurangnya tenaga yang dimiliki oleh hewan ternak tersebut.
Melihat permasalahan diatas, UPT BPPTK LIPI memanfaatkan zat organik maupun anorganik untuk menciptakan suatu peroduk yang dapat menambah rasa kelezatan dari makanan yang dikonsumsi oleh hewan ternak tersebut.
Produk penyedap rasa makanan hewan ternak yang dikeluarkan oleh LIPI antara lai Immuo Chick dan Herbal o Mix yang diperuntukkan bagi ayam, serta lemofi untuk sapi, dan bio mix pro yang digunakan sebagai penyedap rasa untuk makanan kambing.
Produk diatas terbuat dari bahan-bahan organik yang aman dikonsumsi oleh hewan yang memakannya. Immuno Chick dan Herbal o Mix terbuat dari daun mengkudu serta lumbricin, yakni zat aktif yang dimiliki oleh cacing lumbricusatau cacing tanah.sedangkan lemofit terbuat dari kitin chitosan dan bio mix pro tebuat dari mineral organik, yakni campuran dati mineral gaplek dan asam laktat.
a.        Lemofit
Lemo-Fit adalah produk pakan imbuhan yang diformulasikan khusus untuk ternak ruminansia baik ternak kecil (domba, kambing dll) maupun ternak besar (sapi, kerbau dll). Khasiat nutrisi produk imbuhan pakan ini selain sebagai peningkat nafsu makan ternak juga akan meningkatkan produktivitas sehingga lebih menguntungkan bagi peternak. Beberapa hasil uji lapangan ke peternak rakyat juga memperlihatkan adanya pengaruh positif dari Lemo-Fit terhadap kesehatan ternak.
Gambar 4.4 Lemofit merupakan makanan suplemen yang diperuntukkan bagi hewan ternak sapi.
b.      Immuno Chick dan Herbal o Mix
Immuno Chick dan Herbal o Mix merupakan suplemen pakan sekaligus antibiotik organik bagi unggas.Suplemen berbahan dasar tepung cacing tanah ini mampu meningkatkan performa dan imunitas unggas serta menghindarkan residu antibitotik kimia yang berbahaya bagi manusia.
Para peneliti LIPI menemukan iMunno-Chick, suplemen pakan unggas berbahan dasar tepung cacing yang diformulasi dengan nutrisi berprotein tinggi dan asam amino seimbang.Tepung cacing mengandung antibakteri yang mampu melawan bakteri penyebab penyakit pullorum (diare pada unggas).
Untuk meningkatkan produktivitas unggas, para peneliti memadukan suplemen ini dengan bakteri asam laktat yang membantu proses pencernaan unggas. Hasilnya adalah produk lanjutan bernama herbalo-mix.
Pemberian suplemen pakan unggas iMunno-chick dapat meningkatkan bobot unggas hingga 12,46 persen dan menghemat pakan sampai 27,27 persen. Imunitas unggas meningkat karena produk ini mengandung bioaktif yang berkhasiat mencegah penyakit pullorum pada unggas. Dengan pemakaian herbalo-mix, unggas berumur 35 hari memiliki berat 1,6 kilogram, lebih berat 0,5 kilogram daripada unggas yang tidak diberi suplemen. Unggas yang diberi antibiotik kimia memiliki berat 1,2 kilogram.
Gambar 4.5 iMMuno Chick dan Herbal o Mix merupakan suplemen pakan sekaligus antibiotik organik unggas.

4.2.2.3 Tepung BMC Tempe
Tepung BMC Tempe merupakan tepung campuran dari tepung tempe dan bahan lokal lainnya (tepung beras, tepung kacang hijau dll). Tepung BMC Tempe ini dapat dibuat menjadi produk makanan (kudapan) yang dapat digunakan dalam Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi anak usia sekolah maupun balita. Kudapan yang dibuat dari BMC Tempe, dinyatakan telah memiliki nilai gizi sesuai dengan persyaratan program PMT-AS (Inpres No.1 Tahun 1997 ayat III) yaitu mengandung 300 Kal dan 5 g protein. Produk BMC Tempe ini telah digunakan untuk memperbaiki keadaan gizi anak sekolah maupun balita. Kandungan zat gizi dalam 100 g Tepung BMC Tempe yaitu energi 375 Kal, protein 16%, lemak 2,5%, karbohidrat 71,7%, vitamin B1, B2, B12, zat besi, kalsium, dan kalium.

Gambar 4.6 Tepung BMC Tempe adalah produk keluaran LIPI yang memiliki nilai gizi yang tinggi.





4.2.2.4 Sabun Padat Organik
Sabun padatan yang diproduksi oleh LIPI merupkan produk organik, karena ekstrak yang digunakan sebagai campuran sabun tersebut merupakan ekstrak yang alami.Ekstrak yang digunakan sebagai campuran dari sabun padat tersebut yakni ekstrak mawar, bengkoang, daun sirih, dan mengkudu.Ekstrak yang digunakan memiliki khasiat tersendiri, misalnya mengkudu berkhasiat untuk menghilangkan jerawat, sedangkan bengkoang digunakan untuk melembutkan kulit dan daun sirih sangat cocok untuk keersihan wanita.
Pembuatan sabun tersebut dilakukan dengan mencampur NaOH dengan minyak kelapa dengan perbandingan 1:4-5. Sedangkan ekstrak yang digunakan haruslah sebanyak 10%. Ekstrak tersebut ditambahkan ketika proses pembuatan sabun hampir selesai.Ada pula bahan tambahan sabun yakni gliserol. Akibat penambahan gliserol tersebut, warna sabun menjadi lebih bening.Sabun tersebut sangat baik untuk kelembutan kulit.Pembuatan 1 kg sabun memakan waktu sebanyak 2 jam.Setelah itu, dilakukan penimbangan dan sabun pun siap dipasarkan dan dinikmati oleh konsumen.
4.2.2.5 Silase Pakan Komplit
Masalah pemenuhan pakan ternak merupakan salah satu penyebab rendahnya produksi daging sapi. Masalah pakan ternak sapi antara lain disebabkan oleh menyempitnya lahan tumbuh pakan, musim kemarau dan berkurangnya nafsu makan ternak karena panas. Pakan ternak komplit ini merupakan salah satu hasil penelitian yang telah di ujicobakan ke sapi-sapi yang ada di Gunung Kidul.Dari hasil uji coba pakan ternak komplit menunjukkan adanya korelasi yang sangat signifikan terhadap pertumbuhan sapi.
Gambar 4.7 Silase Pakan Komplit adalah produk makan ternak yang diproduksi oleh LIPI



4.2.3 Riset yang Dilakukan di UPT BPPTK LIPI Gunungkidul
4.2.3.1 Biogas
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK) Gunung Kidul, Yogyakarta telah memunculkan suatu sistem pertanian terintegrasi atau terpadu. Sistem Pertanian Terpadu ini berangkat dari pengembangan peternakan sapi yang menghasilkan kotoran melimpah, diolah dengan alat biogas untuk menopang kebutuhan pertanian.
Artinya, alat biogas mampu menghasilkan energi bagi kebutuhan rumah tangga petani dan olahannya. Selain itu, efluen(sampah) biogas bisa digunakan sebagai sumber pupuk organik yang dipakai untuk bercocok tanam maupun tambahan hijauan pakan ternak.
Alat Biogas
Salah satu kunci utama dalam sistem pertanian terpadu adalah penggunaan alat pengolah kotoran sapi menjadi biogas. Alat biogas atau sering disebut digester biogas biasanya dibuat sesuai kebutuhan di lingkup peternakan maupun pertanian yang ada.
Alat biogas itu dibuat dengan ukuran nominal penampung gas diameter 3 meter (m) dan tinggi 2,4 m. Volume tersebut diasumsikan untuk menampung kotoran sapi sebanyak 9 ekor. Bahan pembuatan digester menggunakan beton bertulang, saluran pengumpan dan efluen-nya (saluran sampah) dari pipa PVC diameter 4 inchi. Bak pengumpan dan efluen berasal dari pasangan bata batako dengan diameter 300 cm, tinggi 240 cm dan kapasitas tampungnya 15.000 liter.
Proses Kerja
Sistem kerja alat biogas bermula dari pengumpanan digester dilakukan dengan pengglontoran dan pengenceran kotoran sapi. Pengenceran dilakukan melalui penyampuran kotoran dengan air sehingga berbentuk lumpur. Lumpur kotoran dialirkan melalui parit yang dilengkapi jeruji pada posisi dekat lubang pemasukan digester (alat biogas) untuk memisahkan sisa pakan. Dengan adanya jeruji pemisah tersebut, sisa pakan akan tertahan sedangkan lumpurnya masuk ke dalam digester.
Alat biogas akan memproses lumpur dan menghasilkan gas yang disalurkan ke perumahan dan digunakan sebagai bahan bakar kompor dan generator set (genset) berbahan bakar gas dengan kapasitas 750 watt 220 volt. Bahan bakar gas yang diharapkan adalah CH4 atau gas metana.
Selain menghasilkan gas untuk listrik, sisa sampah biogas yang keluar dari pipa pembuangan dalam bentuk lumpur dapat pula dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Caranya dilakukan pemisahan antara padat dengan cair dengan pengendapan dan penyaringan. Padatan diendapkan satu malam serta cairannya disaring selanjutnya dianalisa kandungan mineralnya.
Keduanya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik asal kandungannya sesuai yang disyaratkan. Tak hanya itu saja, sisa biogas tersebut juga bisa dipakai untuk media budidaya ikan maupun cacing (pakan ikan). Sistem pertanian terpadu berbasis biogas berupaya mengoptimalisasi pemanfaatan limbah yang terbentuk agar lebih ramah lingkungan.
Pengoptimalan Gas Metana dengan Filter Biogas
Terkadang hasil pengolahan kotoran sapi dari digester (alat biogas) belum menghasilkan gas CH4 alias metana (gas yang berperan untuk energi listrik maupun lainnya) secara maksimal. Hasilnya adalah energi gas untuk menghidupkan kompor maupun genset kurang optimal. Untuk mengatasi persoalan tersebut, pihaknya telah menciptakan alat filter biogas. Tujuan filter adalah meningkatkan performa biogas dengan pemurnian.
Spesifikasi alat ini berukuran berat 2.500 gram per paket berbentuk silinder dengan panjang antara 50-70 cm dan diameter (ukuran tengah) 10-12 cm. Filter tersebut terpisah dari digesterdan harga di pasaran sekitar Rp 1 juta per paket.
Adapun keunggulan alat itu bahwa materi penyerap mempunyai sifat/kemampuan multi-adsorpsi (membersihkan) semua gas pengotor biogas. Dengan penggunaan filter, kadar gas metana dalam biogas dapat meningkat sebesar 5-20 % dari kadar metana awal.
Keunggulan lain,  biogas hasil penyaringan mampu meningkatkan efisiensi konversi (pengubahan) energi listrik dengan menggunakan genset. Energi listrik yang dihasilkan maksimal dan sesuai yang diharapkan.
Tak hanya itu saja, filter juga mengurangi potensi korosi pada kompor atau mesin konversi energi lainnya. Untuk pengembangan lanjutan, filter dapat dikembangkan lebih lanjut untuk pemurnian berbagai macam gas yang bersifat sebagai polutan (penyebab polusi udara), baik di cerobong asap pabrik, kendaraan bermotor dan lainnya.

4.2.4 Laboratorium yang dimiliki oleh UPT BPPTK LIPI Gunungkidul
4.2.4.1 Laboratorium Kimia Analisa
Apabila dilihat dari namanya, laboratorium ini berfokus pada analisa tentang kimia. Riset yang dilakukan pada laboratorium ini antara lain, analisa protein kasar, kadar air, kadar abu, analisa aktivitas enzim vitase, yakni enzim yang didapatkan dari usus berbagai macam unggas.
Peralatan yang terdapat pada laboratorium ini hampir sama dengan peralatan pada laboratoruim kimia pada umumnya. Disana terdapat lemari asam, rotary evaporator, spektrofotometer, mikropipet dan masih banyak lagi.
Lemari asam berfungsi untuk mengambil larutan asam kuat agar praktikan tidak terciprat oleh asam kuat tersebut dan menghindari pencemaran udara akibat dari asap yang dikeluarkan oleh asam kuat tersebut. Rotary evaporator merupakan alat yang digunakan untuk mengekstrasi suatu bahan dengan metode destilasi. Alat ini tergolong susah ditemui. Tidak semua laboratorium mempunyai alat ini. Spektrofotometri terdiri dari spektrofotometer dan fotometer yang akan menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang energi secara relatif. Sedangkan mikropipet digunakan untuk mengambil sampel dalam jumlah mikrolite.

Gambar 4.8 Lemari Asam                    Gambar 4.9 Rotary Evaporator
Gambar 4.10 Mikropipet

4.2.4.2 Laboratorium Ternak Ruminansia
Laboratorium ternak ruminansia digunakan oleh para peneliti dari pihak LIPI untuk melakukan penelitian maupun riset yang berhubungan dengan hewan ternak ruminansia.
Riset yang tengah dilaksanakan pada laboratorium ini antara lain pembuatan biogas dari kotoran sapi, sapi bolong, dan lain sebagainya.
Pembuatan biogas dari kotoran sapi merupakan Sistem Pertanian Terpadu yang berangkat dari pengembangan peternakan sapi yang menghasilkan kotoran melimpah, diolah dengan alat biogas untuk menopang kebutuhan pertanian.
Artinya, alat biogas mampu menghasilkan energi bagi kebutuhan rumah tangga petani dan olahannya. Selain itu, efluen(sampah) biogas bisa digunakan sebagai sumber pupuk organik yang dipakai untuk bercocok tanam maupun tambahan hijauan pakan ternak.
Sapi bolong terdengar asing di telinga masyarakat awam.Istilah sapi bolong digunakan untuk sapi yang bagian perutnya dilubangi dengan suatu alat tertentu.Bagian perut sapi yang dilubangi adalah bagian rumen atau salah satu dari empat bagian lambung dari hewan ruminansia. Tujuan dari pelubangan perut sapi ini yakni untuk mengambil mikroba yang terdapat dalam rumen sapi yang selanjutnya akan dilakukan isolasi.
Laboratorium ini juga menghasilkan produk bagi hewan ternak, yakni Lemo-fit dan Bio Mix Pro. Kedua produk tersebut produk merupakan pakan imbuhan yang diformulasikan khusus untuk ternak ruminansia baik ternak kecil (domba, kambing dll) maupun ternak besar (sapi, kerbau dll)
4.2.4.3 Laboratorium Unggas
Laboratorium unggas merupakan laboratorium yang berfokus pada riset yang berhubungan dengan hewan unggas. Laboratorium ini telah menemukan beberapa produk, antara lain iMmuno Chick dan Herbalo Mix.
Kedua produk diatas merupakan suplemen pakan sekaligus antibiotik organik bagi unggas.Suplemen berbahan dasar tepung cacing tanah ini mampu meningkatkan performa dan imunitas unggas serta menghindarkan residu antibitotik kimia yang berbahaya bagi manusia.

4.2.4.4 Ruang Pengalengan
Ruang pengalengan yang terdapat pada UPT BPPTK LIPI Gunung Kidul digunakan sebagai ruang produksi atau tempat untuk mengalengkan makanan-makanan yang akan dikalengkan. Makanan yang akan dikalengkan harus melalui beberapa tahap terlebih dahulu sebelum sampai ditangan konsumen.
Tahapan-tahapan tersebut bukan hanya dilakukan secara manual oleh para pegawai, melainkan juga dengan bantuan peralatan-peralatan.Alat-alat tersebut sengaja didatangkan khusus dari Thailand.Sedangkan kaleng-kaleng yang digunakan untuk mengemas makanan tersebut didatangkan dari Jakarta.
Alat-alat yang terdapat pada ruang pengalengan antara lain, autoklaf, alat excorsing, shimmering atau alat penutup kaleng, serta dandang besar sebagai pengganti dari excorsing. Di dalam ruang pengalengan juga terdapat ruang karantina yang digunakan untuk mengarantina makanan-makanan yang akan dipasarkan untuk menguji apakah makanan tersebut sudah bebas dari bakteri maupun jamur. Karantina makanan tersebut dilakukan selama kurang lebih 15 hari.
a.        Autoklaf
Autoklaf yang terdapat pada ruang pengalengan LIPI Gunung Kidul ada yang berukuran besar dan ada yang berukuran kecil. Pemilihan ukuran autoklaf disesuaikan dengan jumlah kaleng yang akan disterilisasi. Autoklaf ini berfungsi untuk mensterilkan kaleng yang akan digunakan untuk mengemas makanan-makanan tersebut.

Gambar 4.11 Autoklaf
b.      Alat Excorsing
Setelah kaleng-kaleng tersebut disterilisasi, makanan dimasukkan ke dalam kaleng dan ditimbang secara manual oleh para pekerja.Setelah itu, kaleng yang berisi makanan tersebut dimasukkan ke dalam alat excorsing untuk dipanaskan.Tujuan pemanasan tersebut agar makanan yang terdapat dalam kaleng tersebut bebas dari bakteri dan jamur, sehingga makanan tersebut lebih awet dan tahan lama.
c.       Dandang Besar
Kaleng berisi makanan yang dipanaskan apabila hanya dalam jumlah yang kecil, maka LIPI tidak penggunakan alat excorsing untuk melakukan proses pemanasan, melainkan memakai dandang besar. Fungsi dari dandang besar hampir sama dengan alat excorsing, yakni untuk melakukan proses pemanasan agar bakteri dalam makanan tersebut mati dan menambah masa kadaluarsa makanan tersebut.

Gambar 4.12 Dandang Besar


d.      Alat Shimmering
Makanan kaleng yang telah dipanaskan menggunakan alat excorsing maupun dandang besar selanjutnya akan diberi penutup. Pemberian penutup ini menggunakan alat penutup kaleng yang disebut shimmering.Alat ini dapat menutup kaleng yang berjumlah besar dalam waktu yang singkat.
Gambar 4.13 Alat Penutup Kaleng






BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada kedua tempat tersebut, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain:
5.1.1 PT.PG-PS Maduksimo
1.    Produk yang dihasilkan PG Madukismo adalah gula pasir kualitas SHS IA. Proses pengolahan tebu menjadi gula terdiri dari beberapa tahap, yaitu penggilingan, pemurnian, penguapan, kristalisasi, pemutaran dan penyelesain.
2.    Selain gula pasir produk yang dihasilkan PS Madukismo adalah alkohol murni, alkohol teknis, dan minyak fusel. Proses pembuatan alkohol dari tetes terdiri dari beberapa tahap yaitu pemasakan, peragian, dan penyulingan. Sementara pembuatan spiritus adalah dengan merusak alkohol teknis dengan minyak tanah, methanol, dan pewarna methilen blue.
3.    Dalam aktivitasnya PG Madukismo menghasilkan limbah dalam bentuk padat, cair dan gas serta kebisingan. Limbah padat yang dihasilkan berupa abu ketel dan blotong. Limbah cair dari kondensor, pencucian dan tumpahan. Limbah gas berupa SO2, abu terbang, dan juga kebisingan. Sementara PS Madukismo hanya menghasilkan limbah cair dan panas dalam bentuk gas CO2. Limbah cair dari PS Madukismo disebut vinasse. Teknologi penanganan limbah di PG Madukismo adalah dengan memanfaatkan limbah padat yang dihasilkan sebagai bahan baku pupuk organik. Sementara untuk limbah cair PG Madukismo memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan sistem lumpur aktif. Sedangkan untuk limbah gas digunakan dust collector untuk mengurangi abu terbang dalam asap yang keluar dari cerobong.
5.1.2 UPT BPPTK LIPI Gunungkidul
1.      Struktur organisasi dari UPT BPPTK LIPI terdiri dari kepala, bagian tata usaha, beberapa seksi, dan kepala program pangan, pakan, dan teknologi kimia dan lingkungan.
2.      Produk-produk yang dihasilkan oleh UPT BPPTK LIPI, diantaranya makanan kaleng, sabun padat organik, pakan ternak, dan lain sebagainya.
3.      Riset yang tengah dilakukan oleh UPT BPPTK LIPI adalah pemanfaatan kotoran sapi untuk dijadikan sebagai biogas.
4.      Laboratorium yang terdapat pada UPT BPPTK LIPI antara lain, laboratorium kimia analisa, laboratorium ternak ruminansia, laboratorium hewan unggas, dan adapula ruang pengalengan.

5.2 Saran

Saran penulis untuk segenap pembaca antara lain:
1.      Untuk meminimisasi limbah yang dihasilkan maka perlu dilakukan upaya peningkatan efesiensi proses sehingga rendemen produk pun akan meningkat.
2.      Untuk mengurangi daya pencemaran dari limbah vinasse yang dihasilkan PG Madukismo, dapat dilakukan dengan solidifikasi limbah yang kemudian bias dimanfaatkan sebagai pupuk K.
3.      Gas CO2 yang dihasilkan oleh PS Madukismo dapat diolah kembali menjadi es kering sebagai bahan pendingin, sehingga tidak terbuang begitu saja ke udara yang kemudian berperan dalam pemanasan global.
4.      Hendaknya masyarakat dapat lebih memanfaatkan badan-badan milik pemerintah seperti LIPI untuk membantu mereka dalam meningkatkan kesejahteraannya.
5.      Hendaknya kunjungan-kunjungan ke industri-industri maupun ke badan penelitian lebih sering diadakan agar mahasiswa mampu memahami praktek di lapangan dan bukan hanya sekedar teori saja yang didapatkan di ruang






DAFTAR PUSTAKA

Baikow, V.E. 1982. Manufacture and Refining of Raw Cane Sugar.Elsevier Scientific Publishing Company, New York.
Herscdoefer, S. M. (1968). Quality Control in Food Industry.Academic Press. London.
Honig, P. 1963. Principle of Sugar Technology. Elsevier Publishing Co., London.
Mahida, U. N. (1992).Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah industri.Rajawali. Jakarta: Erlangga.
Moerdokusumo, A. 1993. Pengawasan Kualitas dan Teknologi Pembuatan Gula di
Indonesia. Bandung: ITB.
Pawirosemadi, M. 1990. Pengaruh Pupuk Organik, Blotong PG Madukismo dan Pupuk Kandang Terhadap Produksi Tebu dan Gula di Lahan Cangkringan Yogyakarta. Makalah Dalam Pertemuan Teknis Tengah Tahunan II. P3GI-Pasuruan.
Santoso, H. dan Y. Kurniawan. 1998. Buku Penentuan Analisis Limbah Cair Pabrik Gula. P3GI-Pasuruan.
Simoen Sujanto. 1996. Vinasse, Limbah yang Dapat Berperan Sebagai Sumber K Bagi Tebu. Gula Indonesia Vol. XXI No 1.
Sugiharto.(1987). Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah. UI Press. Yakarta.
Sumarni. 1984. Analisa Beserta Alternatif Pemecahan Masalah Peningkatan Efisiensi Proses Produksi Ethanol Fermentasi dan Keadaan Pemasarannya di PTP XIV Pabrik Spiritus dan Arak Palimanan. Laporan Praktek Lapang. Fakultas Teknologi Pertanian- IPB, Bogor.
Supriyadi, A. 1992. Rendemen Tebu. Kanisius, Yogyakarta: Bumi Ilmu
 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS